"Menjelang pemilu dan pemilihan presiden yg menurut saya makin mencemaskan karena aturan bersama mulai dibongkar-bongkar bahkan dirusak, terjadinya skandal di MK menunjukkan itu," kata Goenawan Mohamad dalam kesempatan yang sama.
Ia menambahkan, Pemilu dan Pilpres yang digelar dalam kondisi seperti itu akan berlagsung tegang di mana siapapun yang menang akan meraih kemenangan yang kosong karena tidak ada legitimasi. Aspek legalitas mungkin ada akan tetapi tidak sesuai dengan hati nurani.
"Siapapun yang menang akan cacat, dan cacat pada mereka akan terbawa terus sehingga politik tidak akan berlangsung dengan sehat," imbuh Goenawan yang lama dikenal sebagai simpatisan Jokowi selama dua kali gelar Pilpres pada 2014 dan 2019.
KKN merajalela
Para tokoh juga menyoroti penyelenggaraan negara yang semakin kental dengan nuansa Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).
"[Perang atas] KKN yang kita perjuangkan pada Reformasi 1998 dan merupakan tujuan utama untuk kelangsungan negara ini, tidak ditunaikan secara sungguh-sungguh. KKN justru semakin menggurita dalam penyelenggaraan negara. Justru negara sudah diselewengkan jauh sebagai ajang KKN. Nepotisme kekuasaan, Anda lihat sendiri dipertontonkan secara terbuka tanpa rasa malu dan salah sama sekali," kata Omi Komaria Madjid, istri mendiang Nurkholish Madjid.
Lebih lanjut Romo Benny menambahkan, belakangan ini perpolitikan di Indonesia menyuguhkan praktik politik tanpa adab. "Ini semua kesalahan kita juga dan harus berani mengoreksi karena selama ini lengah dan kerap kali tidak mau mengingatkan, bahwa politik bukan hanya sebatas apa mendapatkan apa tetapi juga menghormati martabat kemanusiaan yang sekarang ada kesan diinjak-injak," jelasnya.
Klarifikasi keluarga Gus Mus
Sebelum digelar konferensi pers tersebut, keluarga Gus Mus memberikan klarifikasi terkait acara dan flyer yang banyak beredar di media sosial terkait keberadaan Majelis Permusyawaratan Rembang.
Di flyer yang telah banyak disebarkan itu, tergambar banyak tokoh termasuk Gus Mus di bawah tulisan Majelis Permusyawaratan Rembang.
Menantu Gus Mus, Gus Wahyu Salvana, menegaskan, bukan Gus Mus yang mengundang para tokoh tersebut datang ke Rembang. "Ini sowan biasa. Abah [Gus Mus] tidak mengundang, abah jelas kaget ada flyer. Kalau flyer itu sudah tersebar jauh-jauh hari, abah tidak akan berkenan. Di flyer tertulis ada Majelis Permusyawaratan Rembang segala, itu bukan kami yang bikin," tegas Gus Wahyu seperti dilansir dari akun Youtube Kanal Mataair.
Gus Wahyu menyatakan, meski keluarga Gus Mus tidak merasa dirugikan akan tetapi ia menilai perlu ada pikiran jernih melihat situasi saat ini. "Jadi, jangan dibawa kemana-mana apalagi urusan politik. Ini murni sowan ke abah. Jangan sampai mem-framing Gus Mus bikin acara ini, kami tidak bikin acara," tandasnya.
(rui)