Logo Bloomberg Technoz

Korsel Susul Tahan Bunga Acuan, Ini Bedanya dengan Indonesia

Ruisa Khoiriyah
23 February 2023 14:20

Seorang pejalan kaki berjalan melewati iklan boy band K-pop BTS yang ditampilkan di Seoul, Korea Selatan, Jumat (18/9/2020). (SeongJoon Cho/Bloomberg)
Seorang pejalan kaki berjalan melewati iklan boy band K-pop BTS yang ditampilkan di Seoul, Korea Selatan, Jumat (18/9/2020). (SeongJoon Cho/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Otoritas moneter negeri kimchi Bank of Korea (BoK) memutuskan untuk menahan kenaikan bunga acuan untuk pertama kalinya setelah 18 bulan menerapkan pengetatan moneter. 

Otoritas moneter Korsel berupaya untuk menghindarkan negeri itu dari dampak pengetatan moneter yang mulai mencederai beberapa aspek perekonomian, mulai dari penurunan ekspor hingga pelemahan konsumsi. 

Bank sentral Korsel memutuskan mempertahankan bunga di level 3,5% pada Kamis (23/2/2022), sesuai ekspektasi para ekonom yang disurvei oleh Bloomberg. Korea Selatan menjadi negara ketiga di Asia yang memutuskan untuk menahan bunga acuan pada Februari ini, menyusul Indonesia dan China.

Pekan lalu, dalam Rapat Dewan Gubernur, Bank Indonesia (BI) memutuskan menahan bunga acuan di level 5,75% setelah kenaikan beruntun sejak Agustus 2022. BI menilai level BI7DRR sebesar 5,75% masih memadai untuk memastikan inflasi sesuai target.

Sedangkan bank sentral China, People’s Bank of China (PBOC) dalam rapat bank sentral awal pekan ini memutuskan menahan bunga acuan untuk kali keenam di level 3,65% untuk suku bunga dasar pinjaman (LPR) dan suku  bunga dasar kredit lima tahun di level 4,3%. China sudah cukup lama menjadi outlier di tengah tren kenaikan bunga tinggi global.

Bunga tinggi lukai ekonomi Korsel