Logo Bloomberg Technoz

Sementara di lapangan, berdasarkan pantauan Bloomberg Technoz, harga cabai di pasar tradisional bahkan sudah menembus Rp80.000 per kilogram seperti di pasar Ciroyom Bandung pekan lalu. Kenaikan harga cabai ini melengkapi inflasi harga beras yang sudah berlangsung setahun terakhir juga bawang putih.

Kenaikan bahan pangan penting seperti cabai yang nyaris dibutuhkan di banyak resep menu makanan khas Indonesia, otomatis menaikkan biaya produksi pengusaha makanan seperti warteg. Pemilik warteg akhirnya harus memutar otak lebih keras agar harga makanan tidak perlu langsung dikerek meski biaya produksi naik, sehingga margin keuntungan terjaga.

Pertama, mendorong penggunaan cabai yang lebih efisien, seperti pemotongan cabai yang lebih halus atau penggunaan variasi cabe yang lebih pedas. Sehingga, jumlah cabai yang digunakan bisa lebih sedikit untuk mencapai tingkat kepedasan yang sama.

Kedua, mencampur cabai dengan bahan lain yang dapat memperluas volume sambal tanpa harus menggunakan banyak cabai. Misalnya, menambahkan tomat, bawang, terasi, atau gula untuk menghasilkan sambal yang beraroma dengan lebih sedikit cabai.

Ketiga, membuat sambal khusus untuk pelanggan yang meminta sambal yang lebih pedas daripada yang disajikan secara umum. 

“Penjual warteg dapat mempertimbangkan untuk membuat sambal pedas tambahan sebagai opsi tambahan untuk pelanggan yang menginginkan kepedasan ekstra dengan biaya tambahan,” ujar Mukroni. 

Mukroni juga mendorong penjual warteg untuk selalu memantau stok dan penggunaan serta berkoordinasi dengan para supplier. Dalam hal ini, penjual warteg bisa mencari tahu tentang pilihan cabai yang lebih murah atau bisa memberikan harga yang lebih kompetitif bila membeli dalam jumlah yang besar. 

Terakhir, pedagang warteg juga dihimbau untuk menyediakan opsi alternatif selain cabai, seperti sambal tomat, sambal terasi atau sambal bawang. 

“Ini dapat memberikan variasi bagi pelanggan dan mengurangi ketergantungan pada cabai. Dengan pendekatan yang cerdas dan kreatif, warteg dapat tetap menyajikan hidangan yang lezat tanpa harus terlalu membebani biaya produksi akibat kenaikan harga cabe,” pungkasnya. 

Menyikapi kenaikan harga cabai, sebelumnya Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mendorong mobilisasi pasokan cabai rawit merah dari daerah surplus ke daerah defisit untuk membangun pemerataan distribusi.

Hal ini dilakukan untuk mengupayakan stabilisasi pasokan dan harga cabai rawit merah yang mengalami peningkatan dalam beberapa waktu terakhir. 

“Kita mendorong pemerintah daerah untuk saling membangun kerja sama antardaerah (KAD) sehingga cabai di daerah yang masih produksi dan harganya stabil dapat mendistribusikan cabai ke daerah defisit atau daerah dengan harga cabai yang tinggi.” ujar Arief dalam siaran pers awal November lalu.

(dov/rui)

No more pages