Mari kita bandingkan dengan gubernur bank sentral negara-negara di kawasan. Nor Shamsiah Mohd Yunus memimpin Bank Sentral Malaysia (BNM) dengan jangka waktu yang hampir sama dengan Perry. Nor Shamsiah menjadi Gubernur BNM sejak 1 Juli 2018.
Selama 1 Juli 2018 hingga kemarin, ringgit Malaysia melemah 9,93%.
Sementara Otoritas Moneter Singapura (MAS) punya pimpinan yang menjabat lebih lama. Tharman Shanmugaratnam sudah menjabat sejak 23 Mei 2011 hingga hari ini.
Dalam lebih dari 1 dekade kepemimpinan Shanmugaratnam, dolar Singapura melemah 6,86% di hadapan greenback.
Kemudian di Bank Sentral Thailand (BoT), Gubernur Sethaput Suthiwartnarueput memimpin sejak 1 Oktober 2020. Sepanjang kepemimpinan Suthiwartnarueput, baht Thailand membukukan depresiasi 10,79%.
Lalu Bank Sentral Filipina (BSP) berada di bawah komando Gubernur Benjamin E Diokno sejak 4 Maret 2019 hingga sekarang. Dalam periode tersebut, mata uang peso Filipina melemah 6,57%.
Bagaimana dengan inflasi? Mampukah Perry menjaga inflasi di Ibu Pertiwi? Bagaimanakah bila dibandingkan dengan para pimpinan bank sentral ASEAN-5 lainnya?
Sepanjang kepemimpinan Perry di BI (Mei 2018-Januari 2023), rata-rata inflasi umum di Indonesia adalah 2,79% year-on-year (yoy) tiap bulannya. Inflasi terendah adalah 1,32%, dan tertinggi di 5,95%.
Di Malaysia, rata-rata inflasi pada masa kepemimpinan Nor Shamsiah di BNM adalah 2,1% yoy per bulan. Posisi terendah adalah 0,1% dan puncaknya 4,7%.
Di Singapura, rerata inflasi pada masa kepemimpinan Shanmugaratnam adalah 2,4% yoy per bulan. Terendah adalah 0%, dan tertingginya sempat menyentuh 7,5%.
Lalu di Thailand, Gubernur Suthiwartnarueput mampu membawa inflasi negaranya rata-rata 4,5% per bulan. Terendah ada di 0,45% dan tertinggi 7,86%.
Kemudian di Filipina, inflasi sepanjang kepemimpinan Diokno adalah 3,7% per bulan. Terendah adalah 0,5% dan tertingginya mencapai 8,7% yang baru saja terjadi bulan lalu.
(aji)