Grab juga masih tertekan terhadap meningkatnya beban biaya restrukturisasi perusahaan mencapai US$52 juta, begitu juga dengan naiknya beban kerugian penurunan nilai bersih pada aset keuangan menjadi US$51 juta.
Sementara itu, penurunan rugi bersih Grab didukung oleh turunnya beban biaya umum dan administratif sebesar 13,72% menjadi hanya US$415 juta, dibandingkan pada momen yang sama pada tahun sebelumnya sebesar US$481 juta.
Sedang, beban biaya penelitian dan pengembangan Grab juga makin efisien menjadi US$319 atau turun 10,34% dari tahun sebelumnya, mencapai US$356 juta.
Dengan berbagai pendapatan dan beban tersebut, kerugian operasional Grab hingga sembilan bulan pertama tahun 2023 tercatat US$474 juta atau menyusut 57,6% dari sebelumnya rugi mencapai US$1,11 miliar.
Kemudian Grab juga masih menderita rugi sebelum pajak penghasilan sebesar US$474 juta (Rp7,44 triliun). Alhasil, rugi bersih sembilan bulan pertama tahun 2023 sebesar US$496 juta (Rp7,78 triliun).
Adapun Loss per Share Grab tercatat di level US$0,12/saham.
Selain itu, per 30 September 2023, total aset Grab juga susut 6,18% menjadi US$8,6 miliar, begitu juga dengan pencatatan inventories yang turun 4,17% menjadi US$46 juta.
Dari sisi ekuitas, Grab juga mencetak tren turun, drop 4,91% dari sebelumnya pada Desember 2022 sebesar US$6,65 miliar menjadi sejumlah US$6,33 miliar. Sementara liabilitas juga melemah 9,55% menjadi US$2,27 miliar.
(fad)