Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg News — Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Budi Arie Setiadi masih memantau peluang konsolidasi dua operator seluler Indonesia,  PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan  PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) meski keduanya telah berbicara langsung dengan kominfo.

Budi Arie menerangkan bahwa pihaknya tidak mengintervensi model kesepakatan di antara kedua perusahaan karena merupakan ranah bisnis antara XL-Fren. Namun secara umum ia mendorong industri telekomunikasi yang semakin efisien hingga  mendorong percepatan transformasi digital.

“Ya itu tunggu saja, karena kan business-to-business, kalau B2B kita nggak campur lebih dalam. Biarkan mereka berbicara. Nanti saya pantau,” kata Budi Arie saat berbincang dengan Bloomberg Technoz, Kamis (9/11/2023) malam. 

“[Konsolidasi operator seluler] supaya lebih efisien, yang penting market ecosystem harus kuat, harus tumbuh. Karena lihat dari berbagai negara, supaya industri sehat, joint sharing infrastruktur, jaringan,” papar dia.

Direktur Jenderal Informasi & Komunikasi Publik (Dirjen IKP) Kominfo, Usman Kansong sebelumnya membenarkan Budi Arie sudah bertemua dengan perwakilan XL Axiata dan Fren guna membahas merger tersebut.

Menurut Usman, merger kedua perusahaan bertujuan untuk menghindari monopoli pasar, agar industri persaingan pasar telekomunikasi menjadi lebih sehat. “Sudah ada pembicaraan mengenai merger. Mereka masing-masing sudah bicara dengan Menkominfo,” papar dia.

Chief Corporate Affairs XL Axiata  Marwan O. Basir saat ditemui di gedung DPR, Kamis (9/11/2023) menegaskan wacana merger usaha menjadi ranah pemegang saham.  “Kita nggak tahu, yang benar-benar tahu hanya pemegang saham.” ucap Marwan.

Perwakilan FREN dalam penjelasan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) menjelaskan bahwa perusahaan terbuka ini dalam rencana konsolidasi tersebut walau belum bisa mengumumkan secara rinci kepada publik.

“Dapat kami sampaikan bahwa FREN terbuka untuk melakukan pembicaraan mengenai rencana konsolidasi dengan pelaku industri lain yang bertujuan untuk efisiensi operasional, sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi pemegang saham,” terang James Wewengkang, Corporate Secretary FREN, Jumat (10/11/2023).

Secara terpisah, petinggi Sinarmas Group pada bulan September lalu hanya bisa berharap hasil terbaik atas wacana konsolidasi dua perusahaan telekomunikasi ini.

Penjajakan merger telah dimulai akhir kuartal III-2021 oleh kedua pemegang saham, Axiata Group Bhd dan Grup Sinarmas, disampaikan sumber Bloomberg.

“InsyaAllah. Kita  berdoa supaya yang terbaik,” kata Franky Widjaja, yang juga merupakan anak dari pendiri Sinar Mas, Eka Tjipta Widjaja.

Saham mayoritas XL Axiata saat ini dikuasai oleh Axiata Investment Sdn Bhd yang berkedudukan di Malaysia. Dalam catatan Bursa Efek Indonesia (BEI), Axiata Investment menggenggam 66,2% dari total saham EXCL. Publik menjadi pemilik kedua paling besar dengan persentase 33%.

Sementara itu, mayoritas saham non-publik Smartfren Telecom dimiliki oleh PT Global Nusa Data sebanyak 23,8%, disusul PT Wahana Inti Nusantara (14,5%). Dalam laporan keuangan kuartal II-2023 Smartfren menyatakan perusahaan dan anak usaha di bawahnya menjadi bagian dari kelompok bisnis Sinarmas Grup, diwakili oleh PT Gerbang mas Tunggal Sejahtera.

— Dengan asistensi Pramesti Regita Cindy.

(wep)

No more pages