Logo Bloomberg Technoz

"Twindemik", demikian istilah gelombang infeksi antara Covid dan influenza. Kasus semacam ini makin memburuk di China yang telah bertahun-tahun melakukan beberapa tindakan paling ketat di dunia, diikuti oleh salah satu perubahan tercepatnya kembali ke kehidupan normal.

Ketergesaan tak terduga China untuk mencabut hampir semua pembatasan pandemi pada awal Desember memicu wabah Covid terbesar di dunia, dengan hampir 90% dari 1,4 miliar penduduk negara itu terinfeksi dalam waktu kurang dari dua bulan.

Meski gelombang pembukaan kembali tampaknya telah surut, CDC nasional masih melaporkan sekitar 10.000 kasus Covid setiap hari yang dikonfirmasi dengan tes laboratorium.

Sementara penguncian dan pengujian massal telah mereda saat China beralih dari kebijakan Zero Covid-nya, pihak berwenang masih mengizinkan sekolah untuk menghentikan pengajaran tatap muka — baik berdasarkan tingkat kelas individu, maupun seluruh kampus — untuk mencegah wabah yang lebih luas yang disebabkan oleh Covid dan penyakit menular lainnya. 

Bukan hal yang aneh bagi sekolah untuk menghentikan kelas bahkan sebelum Covid, ketika flu dan patogen lain yang sangat rentan terhadap anak-anak memicu klaster siswa.

Pada Rabu, CDC Beijing mengatakan melihat wabah flu dan norovirus bulan ini, kebanyakan terjadi di sekolah dan taman kanak-kanak. Kasus influenza juga meningkat saat keadaan normal sebelum pandemi kembali. Tingkat positif flu China melonjak menjadi 3,4% dari 0,7% pada pekan yang berakhir 12 Februari, menurut data CDC.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok di negara itu juga memperingatkan wabah norovirus, yang menyebabkan demam, muntah, dan diare; penyakit tangan, kaki dan mulut; dan cacar air, yang semuanya dapat dengan mudah muncul di sekolah saat siswa berbaur di dalam ruangan.

--Dengan asistensi dari Daniela Wei

(bbn)

No more pages