Logo Bloomberg Technoz

“Jika memang layak untuk mengetatkan kebijakan moneter lebih lanjut, maka kami tidak akan ragu untuk melakukannya. Kami akan bergerak hati-hati dan mengkaji risiko dari pengetatan yang berlebihan,” papar Powell, sebagaimana diwartakan Bloomberg News.

Powell menambahkan, bank sentral berkomitmen untuk membawa suku bunga agar bisa meredam inflasi ke target 2%. “Kami belum yakin bisa mencapainya,” ujar dia.

Pernyataan Powell membuat pasar terbelah. Di satu sisi, Powell memberi kode keras bahwa The Fed belum selesai dengan siklus kenaikan suku bunga acuan. Namun sebagian pelaku pasar masih meyakini bahwa Federal Funds Rate sudah mencapai puncak (terminal rate).

“Kami masih meyakini bahwa The Fed sudah rampung dengan siklus kenaikan suku bunga. Namun pernyataan terbaru memberi gambaran bahwa The Fed masih akan hawkish sampai mereka melihat ada perkembangan di sisi inflasi,” sebut Kepala Ekonom JPMorgan & Chase Co untuk AS Michael Feroli dalam catatannya.

Galaunya pelaku pasar kemudian tercermin dari keengganan untuk masuk ke aset-aset berisiko. Sebaliknya, aset aman (safe haven) seperti obligasi pemerintah AS kembali menjadi primadona.

Kemarin, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS melonjak 10,7 basis poin (bps) atau 2,37% ke 4,63%. Jadi tidak heran terjadi flight to quality yang membuat mata uang negara-negara berkembang tertekan, tidak terkecuali rupiah.

(aji)

No more pages