Perkembangan di Eropa menjadi penyebab kenaikan harga gas. Mengutip Bloomberg News, misil Rusia disebut menghantam kapal sipil berbendera Liberia saat kapal tersebut memasuki pelabuhan di Laut Hitam.
Pihak Ukraina menyebut insiden tersebut menewaskan 1 orang dan melukai 4 orang lainnya.
“Misil mengenai kapal sipil berbendera Liberia saat kapal itu sedang di titik masuk pelabuhan,” sebut pejabat militer Ukraina dalam pesan di Telegram. Kapal itu semestinya akan mengangkut bijih besi ke China.
Kedua, ekspektasi terhadap permintaan tinggi membuat harga gas terkerek. North Electric Reliability Corp (NERC) menyatakan lebih dari separuh wilayah AS dan Kanada yang berpenduduk 180 juta orang kemungkinan akan mengalami krisis listrik pada musim dingin tahun ini karena minimnya infrastruktur gas.
“Suhu dingin ekstrem telah terbukti mampu mengganggu pasokan energi. Ini sangat dirasakan oleh pelanggan listrik dan gas,” sebut pernyataan NERC.
NERC memberi daftar wilayah yang kemungkinan terdampak krisis listrik yaitu Midwest, Northeast, Mid-Atlantic, dan South. Beberapa provinsi di Kanada pun disebut rentan.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dalam perspektif harian (daily time frame), batu bara sejatinya masih bearish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 31,29.
RSI di bawah 50 mengindikasikan suatu aset sedang dalam posisi bearish.
Jadi dalam waktu dekat, ada kemungkinan harga batu bara bisa turun meski terbatas. Level support ada di US$ 120-122/ton.
Sementara target resisten terdekat ada di US$ 131/ton. Penembusan di titik ini bisa membawa harga batu bara naik ke US$ 145/ton.
(aji)