Komisioner Energi Uni Eropa Kadri Simson mengatakan kepada anggota parlemen di Parlemen Eropa, Rabu (08/11/2023) bahwa Eropa saat ini lebih siap untuk menghadapi musim dingin tetapi tetap rentan.
Ia menambahkan bahwa beberapa bulan mendatang akan menjadi tantangan dan blok tersebut harus mempertimbangkan untuk memperpanjang kebijakan krisis.
“Setiap insiden pada infrastruktur energi utama dapat dengan cepat mempengaruhi sentimen pasar energi yang sangat rentan. Ini berarti kita harus melanjutkan upaya diversifikasi kita dan kita harus menjaga sikap waspada, dengan kebijakan yang bijaksana.”
Harga gas alam Eropa pada awal pekan ini merosot ke level terendah dalam hampir sebulan karena persediaan bahan bakar yang cukup dan perkiraan cuaca yang sejuk mengurangi sebagian kekhawatiran atas risiko pasokan musim dingin.
Namun, pasar masih ketat dan sangat sensitif terhadap setiap perubahan dalam ketersediaan gas.
Ini termasuk sanksi AS baru-baru ini terhadap proyek LNG Arktik 2 Rusia, serta masalah teknis di pabrik ekspor utama di Australia, yang menyebabkan pembatalan kargo bahan bakar yang direncanakan untuk bulan ini.
Gas Belanda front-month, yang menjadi benchmark Eropa, melonjak ke level tertinggi 47,81 euro per megawatt-hour pada Kamis, meskipun masih terbilang kecil dari batas harga gas darurat yang ditetapkan di 180 euro.
Tanpa guncangan pasokan besar, Eropa akan melewati musim dingin ini dengan nyaman, kata Gyorgy Vargha, CEO perusahaan perdagangan Swiss MET International, dalam sebuah wawancara pekan lalu.
Namun, harga dapat melonjak lagi jika ada cuaca dingin yang konsisten ditambah dengan risiko aliran gas.
Simson juga mendesak Uni Eropa untuk tidak kehilangan momentum di bidang energi terbarukan. Pertumbuhan energi bersih adalah kunci dalam strategi Green Deal yang ambisius dari blok tersebut untuk mengurangi gas rumah kaca sebesar 55% dekade ini dari level 1990 dan mencapai ramah iklim pada pertengahan abad ini.
(bbn)