Peter Martin, Dina Bass, dan Anna Edgerton - Bloomberg News
Bloomberg, Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) atau Pentagon dan Microsoft Corp. tengah menyelidiki kebocoran satu terabyte email militer yang mencakup informasi rahasia dan percakapan pejabat, menurut beberapa sumber yang mengetahui masalah tersebut.
Penyelidikan dipimpin oleh Komando Siber Pentagon bersama Microsoft, perusahaan yang mengoperasikan layanan komputasi cloud Azure tempat data disimpan. Menurut para sumber, informasi di server Komando Operasi Khusus AS dapat diakses tanpa kata sandi.
Penyidik belum menangkap tanda data yang terbuka itu telah diakses tetapi mereka tengah mengkaji dampak dari kebocoran tersebut, kata para sumber tersebut.
Juru bicara Komando Siber AS Sabrina Singh menolak berkomentar, namun mengatakan operator siber mereka senantiasa memitigasi jaringan yang mereka kelola.
Menurut Sabrina, Pentagon sedang dalam tahap awal penilaian soal laporan kebocoran email, dan tidak mengomentari soal keamanan sistem mereka.
Menurut tangkapan layar email yang dibagikan oleh Anurag Sen, seorang peneliti keamanan independen yang menemukan kebocoran itu, email tersebut berisi percakapan antara pejabat Pentagon serta formulir SF-86 yang telah diisi. Formulir itu harus diisi oleh pegawai pemerintah untuk mendapatkan security clearance.
Insiden itu dilaporkan Selasa (21/02/2023) pagi oleh TechCrunch.
Dua sumber menyatakan kebocoran itu mungkin disebabkan oleh kesalahan konfigurasi dengan server Microsoft yang membuatnya dapat diakses publik.
Kebocoran tersebut juga dapat memperumit Microsoft untuk berkontrak dengan pemerintah di masa mendatang. Microsoft adalah salah satu dari empat perusahaan, bersama dengan Alphabet Inc., Oracle Corp., dan Amazon.com Inc., yang dipilih Pentagon untuk bersaing mendapatkan order kontrak komputasi cloud potensial senilai US$ 9 miliar (Rp 136,7 triliun).
--Dengan asistensi Katrina Manson, Tony Capaccio, Jennifer Jacobs, dan William Turton.
(bbn)