Mengacu pada rilis data terbaru Sakernas pada Agustus 2023 yang dirilis BPS awal pekan ini, terungkap bahwa jumlah pekerja yang berstatus 'setengah penganggur', yaitu mereka yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu dan masih mencari pekerjaan tambahan atau pekerjaan lebih layak, naik menjadi sebanyak 9,34 juta orang dibanding sebesar 8,54 juta orang pada Agustus 2022.
Sementara bila digabungkan dengan jumlah penganggur terbuka yang mencapai 7,86 juta orang, maka total jumlah penduduk usia bekerja yang benar-benar tidak memiliki pekerjaan dan sampai saat ini belum punya pekerjaan layak mencapai 17,2 juta orang.
Jumlah itu lebih besar dibandingkan posisi Agustus 2022 yang mencapai 16,69 juta orang. Pada Agustus 2022, total jumlah pengangguran terbuka di Indonesia mencapai 8,42 juta orang, sedangkan jumlah setengah pengangguran adalah 8,54 juta orang.
Walau perlu juga dicatat bahwa kondisi Agustus tahun ini sedikit lebih baik bila dibandingkan Februari lalu yang totalnya mencapai 17,58 juta orang, akan tetapi tetap masih lebih buruk dibandingkan masa prapendemi.
Pada Agustus 2019, total jumlah pengangguran terbuka mencapai 7,05 juta orang dan jumlah setengah pengangguran mencapai 8,13 juta orang. Sehingga total sebanyak 15,18 juta orang.
Sementara dalam Sakernas Februari 2020, sebulan sebelum sebelum pandemi meletus, total jumlahnya mencapai 15,22 juta terdiri atas 6,88 juta pengangguran terbuka dan 8,34 juta orang setengah pengangguran. Untuk diketahui, BPS merilis data kondisi ketenagakerjaan pada Februari dan Agustus di tiap tahun.
Permasalahannya, jumlah total pengangguran terbuka dan setengah penganggur itu yang meningkat itu berlangsung sejurus dengan kenaikan jumlah pekerja di sektor informal. Pada Agustus lalu, jumlah pekerja di sektor informal mencapai 82,66 juta orang, atau setara 59,11% dari total angkatan kerja sebesar 147,71 juta orang.
Jumlah pekerja di sektor informal itu meningkat dibanding periode yang sama tahun lalu. Berdasarkan Sakernas Agustus 2022, jumlah pekerja di sektor informal sebanyak 80,24 juta orang kendati dari sisi proporsi atau persentase relatif stabil di 59,31% dibanding 59,11% pada September 2023. Sedangkan jumlah pekerja informal pada Februari juga masih lebih tinggi mencapai 83,34 juta orang.
"Ini berarti pemulihan tidak sempurna sehingga kualitas lapangan kerja yang tersedia bersifat informal, upah lebih rendah dan tidak ada kepastian karir," komentar Lionel Prayadi, Macro Strategist Samuel Sekuritas, Kamis (9/11/2023).
Yang juga perlu menjadi perhatian, jumlah generasi muda yaitu Gen Z dan Milenial yang merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan (hopeless to job) jumlahnya masih cukup tinggi yaitu mencapai 1,77 juta pada Agustus 2022. Sementara data pada Agustus 2023 belum tersedia.
Belum Pulih
Kendati tingkat pekerja yang bekerja penuh waktu pada September lalu tercatat meningkat yaitu mencapai 68,92% atau sekitar 96,39 juta orang, proporsi itu masih belum bisa setinggi ke level prapandemi. Angka 96,39 juta orang itu juga termasuk kelompok yang sementara ini tidak bekerja.
Pada Agustus 2019, proporsi pekerja penuh mencapai 71,04% dari total.
Proporsi pengangguran terbuka juga masih lebih tinggi dibanding masa sebelum pandemi yaitu mencapai 5,32% pada Agustus lalu dibanding 5,23% pada Agustus 2019.
Di mana tingkat pengangguran di perkotaan yang terlihat jauh lebih tinggi dibanding masa prapandemi sebesar 6,4%. Sementara di perdesaan, proporsinya sudah lebih rendah dibanding sebelum wabah Covid-19 menerjang yaitu 3,88%.
BPS mencatat, sejauh ini ada tiga lapangan usaha yang mencatat jumlah tenaga kerja terbanyak yaitu di sektor pertanian, perdagangan dan industri pengolahan.
Sementara lapangan usaha yang menyerap tenaga kerja terbanyak sampai Agustus 2023 adalah sektor akomodasi, makan dan minum, konstruksi dan pertanian.
(rui/aji)