Logo Bloomberg Technoz

“Mengatasi disinfalasi yang persisten di tengah permintaan yang lemah tetap menjadi tantangan bagi para pembuat kebijakan di China," kata Bruce Pang, kepala ekonom Greater China di Jones Lang LaSalle Ltd. "Diperlukan bauran kebijakan yang tepat dan tindakan yang lebih mendukung untuk mencegah perekonomian dari penurunan ekspektasi inflasi yang dapat mengancam kepercayaan dunia usaha dan pengeluaran rumah tangga."

Yuan offshore hanya sedikit berubah pada 7.2854 per dolar segera setelah data tersebut, tetap berada dalam kisaran yang ketat sejak pembukaan hari Kamis. Imbal hasil obligasi pemerintah China bertenor 10 tahun tetap stabil pada 2,65%.

Tingkat inflasi China rendah tahun ini disebabkan oleh faktor-faktor domestik seperti penurunan harga properti dan kepercayaan konsumen yang lemah. Serta faktor internasional seperti penurunan harga komoditas global dari harga tertinggi tahun lalu, dan permintaan yang lemah terhadap barang-barang buatan China yang menyebabkan penurunan ekspor.

Penurunan indeks harga konsumen belakangan ini disebabkan oleh penurunan besar dalam harga daging babi, yang merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi di negara itu dan memiliki bobot berat dalam indeks harga konsumen China. Produsen daging babi meningkatkan pasokan, bertaruh pada lonjakan permintaan setelah berakhirnya kebijakan pembatasan karena virus corona di negara itu pada akhir tahun lalu. Namun, lonjakan tersebut tidak sesuai dengan harapan.

Tommy Xie, seorang ekonom di Oversea-Chinese Banking Corp Ltd mengatakan lemahnya data IHK ini sebagian besar disebabkan oleh penurunan harga daging babi. Ditambah dengan bacaan IHP yang lemah, hal ini mengindikasikan permintaan masih lemah di China.

Tetapi ada sisi positifnya. "Ini mungkin dapat dilihat sebagai berita positif bagi bank sentral global yang melawan inflasi. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun perekonomian China baru-baru ini pulih, tidak ada ancaman langsung bagi inflasi ekspor China," tambah Xie.

Deflasi melemahkan kepercayaan investor karena perusahaan mencatat pendapatan dan laba dalam nilai nominal. Ini meningkatkan tekanan pembayaran utang mereka, yang merupakan masalah dalam ekonomi dengan utang tinggi seperti China. Hal ini juga merugikan konsumsi karena konsumen mungkin menunda pembelian karena ekspektasi bahwa harga akan semakin turun di masa depan.

Menurut perkiraan median dari para ekonom yang disurvei oleh Bloomberg, China diperkirakan akan mencatat pertumbuhan IHK sebesar 0,5% sepanjang tahun 2023. Angka tersebut masih jauh dari target tahunan pemerintah sebesar 3%.

Inflasi yang rendah telah menjadi salah satu bukti utama yang dikatakan oleh para ekonom yang berpendapat bahwa perekonomian China tumbuh di bawah potensinya, dan membutuhkan lebih banyak stimulus moneter dan fiskal.

Beijing telah meningkatkan pelonggaran moneter dan fiskal dalam beberapa bulan terakhir, seperti memotong suku bunga dan jumlah uang yang harus disimpan oleh bank, serta menerbitkan obligasi negara tambahan.

Upaya-upaya untuk mendukung ekonomi tersebut telah membantu meningkatkan permintaan akan bahan mentah dalam beberapa bulan terakhir. Tetapi hal itu belum tentu mepengaruhi harga.

Impor minyak mentah telah melonjak 14% dalam setahun hingga Oktober, sementara pembelian bijih besi untuk membuat baja telah naik 6,5%. Namun pada saat yang sama, para pengolah mulai dari produsen tembaga hingga pabrik baja dan pengilang minyak semuanya telah mengalami penurunan margin karena harga gagal mengimbangi kenaikan biaya input mereka.

(bbn)

No more pages