Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Rupiah hari ini kemungkinan masih akan menghadapi risiko pelemahan lebih lanjut setelah kemarin ditutup lunglai di tengah pamor dolar Amerika Serikat (AS) yang kembali perkasa.

Indeks dolar AS kemarin ditutup menguat tipis, menggenapi tiga hari penguatan berturut-turut, melemahkan valuta yang menjadi lawannya, termasuk rupiah dan mata uang Asia lain.

Namun, ruang pelemahan rupiah hari ini mungkin relatif terbatas di kisaran Rp15.685-Rp15.710/US$ dari kacamata teknikal.

Di pasar Non-Deliverable Forward (NDF) pagi ini, nilai rupiah bergerak di kisaran Rp15.636-Rp15.643/US$, lebih rendah dibandingkan level penutupan di pasar spot kemarin di Rp15.650/US$. Sementara kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) kemarin juga ditutup melemah di kisaran lebih kuat di Rp15.629/US$.

Pidato Jerome Powell, Chairman Federal Reserve, bank sentral AS, kemarin tidak menyinggung sedikitpun tentang arah bunga acuan. Powell dijadwalkan akan berpidato di IMF Conference pada hari Jumat malam waktu Amerika Serikat.

Sementara pernyataan beberapa pejabat The Fed sebelumnya yang memberi peringatan terkait inflasi, sepertinya tidak terlalu membuat pasar cemas. Para pelaku pasar sudah percaya diri bahwa di sisa tahun ini tidak ada lagi kenaikan bunga acuan. Di pasar swap, probabilitas kenaikan Fed funds rate tinggal 7%. 

Pelaku pasar menanti rilis data klaim pengangguran nanti malam yang bisa semakin menebalkan optimisme pelaku pasar bila datanya sama atau lebih rendah ketimbang konsensus.

Dari dalam negeri, rupiah bisa berharap mendapat sokongan dari instrumen baru Bank Indonesia, yaitu Sertifikat Valas Bank Indonesia (SVBI). Amunisi baru itu diharapkan bisa menarik modal asing masuk di tengah penurunan animo asing di aset-aset rupiah. 

Saat ini selisih imbal hasil Indonesia dengan AS hanya berjarak tak sampai 230 bps. Dengan tingkat bunga diskonto SRBI di 7% kala yield Treasury, surat utang AS, kini di 4,5%, selisihnya bisa ditarik lebih lebar di 250 bps. Masih lebih rendah dibanding kisaran yield spread yang dianggap kompetitif yaitu 300-350 bps.

Secara teknikal nilai rupiah berpotensi melemah hari ini. Dengan target koreksi terdekat menuju Rp15.685-Rp15.710/US$ pada trendline garis hijau. Level support selanjutnya menarik dicermati pada Rp15.740/US$.

Adapun secara tren jangka pendek, rupiah ada resistance potensial pada level Rp15.615/US$ dan Rp15.590/US$ sebagai resistance terkuat. Bila level itu tertembus, rupiah berpotensi menguat ke Rp15.545/US$.

Analisis Teknikal Nilai Rupiah Kamis 9 November (Divisi Riset Bloomberg Technoz)

(rui)

No more pages