Logo Bloomberg Technoz

Sementara pernyataan beberapa pejabat The Fed sebelumnya yang memberi peringatan terkait inflasi, sepertinya tidak terlalu membuat pasar cemas. Para pelaku pasar sudah percaya diri bahwa di sisa tahun ini tidak ada lagi kenaikan bunga acuan. Di pasar swap, probabilitas kenaikan Fed funds rate tinggal 7%. 

Pelaku pasar menanti rilis data klaim pengangguran nanti malam yang bisa semakin menebalkan optimisme pelaku pasar bila datanya sama atau lebih rendah ketimbang konsensus.

Dari dalam negeri, rupiah bisa berharap mendapat sokongan dari instrumen baru Bank Indonesia, yaitu Sertifikat Valas Bank Indonesia (SVBI). Amunisi baru itu diharapkan bisa menarik modal asing masuk di tengah penurunan animo asing di aset-aset rupiah. 

Saat ini selisih imbal hasil Indonesia dengan AS hanya berjarak tak sampai 230 bps. Dengan tingkat bunga diskonto SRBI di 7% kala yield Treasury, surat utang AS, kini di 4,5%, selisihnya bisa ditarik lebih lebar di 250 bps. Masih lebih rendah dibanding kisaran yield spread yang dianggap kompetitif yaitu 300-350 bps.

Secara teknikal nilai rupiah berpotensi melemah hari ini. Dengan target koreksi terdekat menuju Rp15.685-Rp15.710/US$ pada trendline garis hijau. Level support selanjutnya menarik dicermati pada Rp15.740/US$.

Adapun secara tren jangka pendek, rupiah ada resistance potensial pada level Rp15.615/US$ dan Rp15.590/US$ sebagai resistance terkuat. Bila level itu tertembus, rupiah berpotensi menguat ke Rp15.545/US$.

Analisis Teknikal Nilai Rupiah Kamis 9 November (Divisi Riset Bloomberg Technoz)

(rui)

No more pages