Sementara indeks saham LQ45 yang berisikan saham-saham unggulan juga tercatat di zona merah, dengan penurunan 6,67 poin (0,73%) ke posisi 906,75.
Saham-saham LQ45 yang tercatat melemah harganya adalah PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) turun 150 poin ke posisi Rp2.360/saham, PT Pertamina Gas Negara Tbk (PGAS) melemah 70 poin ke posisi Rp1.140/saham, dan PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) kehilangan 65 poin ke posisi Rp1.110/saham.
Senada, tren negatif juga terjadi pada saham LQ45 berikut, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) drop 725 poin ke posisi Rp21.075/saham, PT Barito Pacific Tbk (BRPT) melemah 35 poin ke posisi Rp1.020/saham. PT Bank Jago Tbk (ARTO) turun 50 poin ke posisi Rp1.910/saham.
Untuk pasar saham Asia kompak bergerak melemah pada sore hari ini. Indeks Strait Times Singapore melemah 1,39%, indeks Kospi anjlok 0,91%, indeks Hang Seng Hong Kong drop 0,58%, indeks Nikkei 225 turun 0,33% dan indeks Shanghai terdepresiasi 0,16%. Sementara itu Dow Jones Index Future turun 0,05%.
Investor nampak mulai goyah atas optimisme mengenai tingkat suku bunga acuan global yang sudah mencapai puncaknya.
Investor khawatir penurunan tajam imbal hasil (Yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasury Note) bertenor 10 tahun akan memaksa Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mempertimbangkan kembali langkah untuk menahan kenaikan suku bunga acuan lebih panjang.
Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia menyebut, investor juga tengah menantikan arahan (guidance) dari sejumlah pejabat tinggi Federal Reserve berkaitan dengan niat bank sentral. Beberapa pejabat tinggi Federal Reserve, termasuk ketua Federal Reserve Jerome Powell di jadwalkan tampil di depan publik sepanjang minggu ini.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, para pejabat di Bank Sentral AS masih bimbang menilai apakah lonjakan pada imbal hasil (Yield) obligasi Treasury jangka panjang akan membantu mengurangi kebutuhan kenaikan suku bunga acuan.
Meski demikian, mereka masih butuh waktu untuk melihat apakah hal ini akan bertahan.
"Kami telah melihat beberapa kemajuan yang menggembirakan dalam hal inflasi, tetapi inflasi masih tetap terlalu tinggi," terang Gubernur Fed Dallas Lorie Logan.
(fad)