Rupee India, yen Jepang, won Korea Selatan, ringgit Malaysia, dolar Singapura, baht Thailand, hingga dolar Taiwan melemah masing-masing 0,02%, 0,25%, 0,42%, 0,26%, 0,07%, 0,08%, dan 0,24%.
Hanya dolar Hong Kong yang mampu menguat, itupun tipis 0,04%. Sedangkan yuan China stagnan.
Sentimen yang mixed membuat pelaku pasar kurang berani bermain agresif. Sentimen tersebut terkait dengan arah kebijakan moneter bank sentral AS, Federal Reserve.
Di satu sisi, ada ekspektasi suku bunga acuan kemungkinan sudah mencapai puncaknya (terminal rate) dan tidak naik lagi.
Akhir pekan lalu, US Bureau of Labor Statistics melaporkan penciptaan lapangan kerja non-pertanian (non-farm payroll) di Negeri Adidaya sebanyak 150 ribu pada Oktober. Kira-kira hanya separuh dari angka September.
Data ini memberi gambaran bahwa kebijakan moneter ketat yang dijalankan Ketua Jerome Powell dan sejawat sejak tahun lalu sudah membuahkan hasil. Ekonomi AS mulai ‘mendingin’ sehingga ada harapan inflasi bisa berangsur turun.
Mengutip CME FedWatch, kemungkinan suku bunga acuan bertahan di 5,25-5,5% dalam rapat The Fed bulan depan mencapai 100%. Tidak ada kemungkinan lain, pelaku pasar sudah menilai Federal Funds Rate pasti tidak naik lagi.
Namun di sisi lain, komentar sejumlah pejabat The Fed membuat investor gamang. Lorie Logan, Presiden The Fed Dallas, menyebut inflasi memang sudah turun tetapi masih tinggi.
"Kita menyambut baik perkembangan inflasi, tetapi masih bertahan tinggi. Bagi saya, pertanyaannya adalah apakah kondisi pasar keuangan sudah cukup baik untuk menuju inflasi ke arah 2% secara berkelanjutan," kata Logan dalam sebuah konferensi di Kansas City, seperti dikutip dari Bloomberg News.
Sementara Gubernur The Fed Michelle Bowman dalam acara Ohio Bankers League menyebut saat ini masih terlalu dini untuk mengetahui dampak dari kenaikan suku bunga acuan yang agresif sejak tahun lalu.
Komentar-komentar tersebut membuat pelaku pasar masih mempertimbangkan bahwa The Fed bisa kembali menaikkan suku bunga acuan dalam rapat bulan depan. Setelah itu, suku bunga akan bertahan tinggi dalam waktu yang lama (higher for longer).
Akibatnya, dolar AS pun bangkit. Pada pukul 16:18 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan 6 mata uang utama dunia) menguat 0,55%.
(aji)