"Masalah teknologi baterai, infrastruktur dan aturan membuat kami memerlukan waktu," katanya di Singapura.
Baterai disebut sebagai tantangan terbesar bagi mobil terbang ini karena merupakan 40% dari berat eVTOL. "Ini yang benar-benar masalah besar," kata Shin.
"Dari sisi operasi, saat ini tidak ada sistem manajemen lalu lintas udara untuk mengatur kendaraan itu," ujarnya.
"Pada saat ini, bahkan dalam jangka waktu dekat, tidak ada kendaraan buatan manusia yang terbang di bawah ketinggian 500 meter."
Supernal menggunakan 12 baling-baling listrik untuk terbang dan mendarat secara vertikal.
Langkah Selanjutnya
Supernal yang berkantor di Washington, DC akan mengajukan pendaftaraan ke Badan Pengawas Aviasi Federal AS (FAA) dalam beberapa bulan ini untuk mendaftarkan eVTOL.
Shin mengatakan karena industri ini masih baru, perusahaan dan regulator harus bekerja sama untuk mencari jalan terbaik ke depan.
"Tidak ada apapun - tidak ada infrastruktur, tidak ada kebijakan, tidak ada aturan," kata Shin. "Karena ini adalah hal baru, FAA tidak memiliki metode pemberian sertifikat untuk kendaraan jenis ini."
Hyundai sudah memiliki pabrik mobil di Alabama, sementara anak usahanya KIA memiliki di Georgia. Shin tidak memberi rincian terkait jumlah investasi pabrik baru Supernal itu, seperti ukuran, lokasi, lainnya.
Supernal bergabung dengan banyak perusahaan yang mencoba mendapatkan sertifikasi pada eVTOL buatan masing-masing.
EHang Holdings, bahkan sudah lebih maju setelah menerima sertifikat untuk memulai operasi di udara di China, sementara Jobi Aviation dari California yang didukung oleh Delta Air Lines dan Toyota Motor juga telah mendapat izin dari FAA untuk menguji coba taksi terbang milik mereka.
Untuk mengejar ketinggalan itu, Supernal telah membuka kantor pusat untuk engineering di Irvine, California, pada Juli lalu dan dua bulan kemudian mendirikan fasilitas penelitan dan pengembangan di Freemont.
Jumlah tenaga kerja perusahaan ini berlipat ganda mendai 600 dibanding tahun lalu, dan kebanyakan berasal dari Boeing, Lockheed Martin, dan Tesla.
"Kami akan terus menambah tenaga kerja karena kami akan mulai menguji coba kendaraan itu," kata Shin.
Hyundai, Kia, dan Hyundai Mobis Co. telah menginvestasi dana sebesar US$920 juta ke Supernal yang didirikan dua tahun lalu itu. Shin mengatakan Supernal tidak berencana melantai di bursa karena didanai oleh Hyundai.
Bulan lalu perusahaan ini menadatangani kesepakatan kerja sama di sektor kendaraan udara dengan Korean Air untuk mengembangkan pasar Korea Selatan.
Evolusi eVTOL
Shin mengatakan untuk bisa menjadi alat transportasi manusia, kendaraan terbang seperti eVTOL pertama-tama akan terbatas di "kota-kota yang sangat maju," tapi kendaraan ini berpotensi menyebar dengan cepat ketika masyarakat semakin nyaman dan tahu tentang itu. Sama halnya ketika manusia beradaptasi dengan ponsel dan elevator, tambah Shin.
"Titik perubahan akan datang dengan cepat," katanya.
Kepiawaian Hyundai dalam produksi massal menempatkan Supernal di posisi kuat sekarang karena permintaan terhadap alat tranportasi umum alternatif semakin meningkat karena warga kini lebih banyak tinggal di daerah perkotaan.
"Tiba-tiba, pasar dunia akan membutuhkan raturan ribu jenis kendaraan ini, saat itu pun kita harus siap untuk memproduksinya," kata Shin.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan 70% populasi dunia akan tinggal di perkotaan pada 2030.
"Urbanisasi terjadi dengan cepat di mana-mana," kata Shin.
Namun, ketika masih banyak catatan terkait teknologi baterai dan paraturan, penjualan secara komersial tampaknya baru bisa terjadi pada 2028.
(bbn)