Penurunan rugi bersih GOTO didukung penuh oleh kenaikan pendapatan bersih (top line) dan efisiensi beban Perseroan dalam 9 bulan pertama tahun ini, dan juga dalam 3 bulan terakhir secara kuartalan.
Tercatat, GOTO berhasil mengakumulasi total pendapatan naik 32% menjadi Rp10,51 triliun, dari sebelumnya hanya Rp7,97 triliun. Selain meningkatnya pendapatan, kinerja positif juga berkat efisiensi beban penjualan dan pemasaran yang berkurang 47% menjadi Rp4,82 triliun, dari sebelumnya Rp11,27 triliun.
Adapun beban iklan dan pemasaran juga berhasil dipangkas mencapai 53% menjadi hanya Rp1,5 triliun, dari periode yang sama pada tahun lalu sejumlah Rp3,27 triliun.
Berdasarkan hasil tersebut, analis Panin Sekuritas, Rizal Rafly dalam risetnya menyebut, Perseroan berhasil membukukan pertumbuhan dari contribution margin ke level Rp2,8 triliun pada sembilan bulan pertama, dari sebelumnya pada 2022 yang tercatat minus Rp5,7 triliun.
“Serta adjusted EBITDA dari GOTO masih on track dengan kerugian yang menipis ke level -Rp942 miliar pada 3Q23 (3Q23: -Rp3,7 triliun),” tulis Rizal dalam riset yang diterbitkan, dikutip Rabu (8/11/2023).
Bersamaan dengan hasil positif tersebut, GOTO juga terus menggencarkan berbagai inisiatif baru melalui Gojek dan Gopay, yaitu layanan fitur hemat, logistik, Buy Now Pay Later (BNPL), pinjaman, hingga inovasi aplikasi. Gopay pun berhasil mendorong pertumbuhan angka transaksi sebesar 5% secara kuartalan, menyusul peningkatan frekuensi pembelian oleh pengguna.
"Pencapaian tersebut turut membantu contribution margin atas Layanan On-demand (ODS) meningkat menjadi Rp675 miliar (+8.3% qoq)," jelas analis BRI Danareksa Sekuritas, Niko Margaronis dalam risetnya.
Hal senada juga dipaparkan oleh Henry Wibowo, Head of Indonesia Research and Strategy JP Morgan yang berkeyakinan dan percaya bahwa potensi kenaikan dan pertumbuhan kinerja akan meningkatkan kemampuan GOTO untuk mencapai titik impas EBITDA yang disesuaikan pada kuartal IV-2023, yang dapat memicu pendapatan positif di pasar.
“Dalam pandangan kami, ini memberikan argumen untuk potensi kenaikan yang bertumbuh, karena perkiraan kami menunjukkan adanya EBITDA yang disesuaikan positif pada kuartal IV-2023 yang didorong oleh tingkat monetisasi yang lebih tinggi (+10 poin basis dalam FY23E dibandingkan dengan 1Q23), biaya operasional yang lebih rendah (-38% YoY), dan latar belakang persaingan yang lebih sehat,” terang Henry.
Terbaru, Henry memaparkan, EBITDA yang disesuaikan pada kuartal III-2023 sekitar Rp250 miliar lebih tinggi dari ekspektasi, mencapai Rp943 miliar, terutama didorong oleh upaya pengoptimalan biaya berkelanjutan dari penurunan biaya operasional sebesar 19% dan pengurangan lebih dari 25% dalam biaya layanan dan infrastruktur IT.
(fad/dba)