Logo Bloomberg Technoz

Menurut Joni, pada saat kejadian, KAI Bersama LRT Jabodebek dan KCIC telah berkoordinasi langsung dengan pihak – pihak terkait yang menjadi kontraktor pembangunan stasiun tersebut guna dilakukan perbaikan.

Selain itu, PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) selaku kontraktor pembangunan di Stasiun LRT Cawang mengatakan penyebab dari atap jebol adalah karena talang air hujan (gutter) yang tertutup oleh sampah dan menyebabkan air hujan tidak mengalir ke tempat seharusnya.

“Karena posisi dari arah atap dan lama kemarau setelah masuk hujan perlu dibersihkan kembali saluran-saluran air hujannya,” ujar Farid kepada Bloomberg Technoz, Minggu (5/11/2023). 

Bukan yang Pertama 

Kendati demikian, ini bukan pertama kalinya LRT Jabodebek mendapatkan masalah. Sebelumnya, netizen di platform sosial media X mengeluhkan waktu tunggu LRT Jabodebek yang semakin lama. Salah satu pengguna dengan username @yooteyo mengeluhkan waktu tunggu yang berubah menjadi 1 jam dari 15 menit.

Bahkan, papan jadwal di stasiun LRT juga tidak lagi menampilkan estimasi kedatangan kereta dari LRT Jabodebek. “Udah 1 minggu tidak ada perubahan, parkiran sepeda makin sepi, penitipan motor makin sepi. Cukup mengecewakan,” ujar akun @yooteyo dalam X, Rabu (25/10/2023). 

Direktur Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan, Risal Wasal mengatakan, saat ini LRT Jabodebek tengah dalam masa perawatan sehingga hanya ada 8 rangkaian kereta (trainset) yang bisa dioperasikan secara penuh. 

Hal ini tentu berpengaruh terhadap waktu tunggu antar kereta (headway), di mana pada saat peak hour, waktu tunggu kereta lintas Harjamukti/Jatimulya - Cawang (pp) mencapai 30 menit, sementara Cawang - Dukuh Atas (pp) mencapai 15 menit.

Waktu tunggu antar kereta (headway) pun menjadi semakin lama ketika off-peak hour, di mana Harjamukti/Jatimulya - Cawang (pp) dalam waktu 60 menit dan Cawang - Dukuh Atas (pp) mencapai 30 menit.

Tak hanya itu, persoalan banyaknya trainset yang masuk bengkel karena mengalami aus roda juga sempat menjadi sorotan. Kementerian BUMN menyebut tengah mengkaji ulang kecepatan harian LRT buntut sejumlah trainset masuk bengkel.

"Sedang kita kalibrasi ulang, memang kita review mengenai kapasitas dan kecepatan (LRT). Review menyeluruh termasuk koefisien geseknya (roda)," ujar Wamen BUMN, Kartika Wirjoatmodjo di Sarinah, Jakarta Pusat, Rabu (1/11/2023).

Warga berjalan di stasiun LRT Jabodebek Dukuh Atas, Jakarta, Senin (28/8/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Beda Pernyataan Menhub dan Wamen BUMN

Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi memperkirakan perbaikan sejumlah trainset LRT yang mengalami keausan roda, baru selesai pada akhir tahun. Menhub, seperti dijanjikan PT KAI, memastikan LRT beroperasi dengan jadwal normal pada Desember.

"KAI akan meng-improve itu dan insyaallah pada bulan Desember semuanya bisa berjalan dengan baik," ujar Menhub di usai rapat dengan Komisi V DPR, Selasa (7/11/2023).

Pernyataan Budi berbeda dengan yang disampaikan Kementerian BUMN. Wamen BUMN, Kartiko Wirjoatmodjo sebelumnya menjanjikan perbaikan trainset selesai pada November.

Masyarakat Berpotensi Meninggalkan LRT Jabodebek

Pengamat Transportasi Universitas Indonesia (UI), Andyka Kusuma mengingatkan ketepatan waktu adalah hal paling utama bagi penyedia jasa transportasi publik.

Tanggapan itu merespons riuh protes pengguna LRT Jabodebek terhadap persoalan ketepatan waktu LRT imbas perbaikan banyak trainset. 

"Kalau pengguna menyampaikan layanan tidak tepat waktu dan lama dibandingkan perjalanan kendaraan lain, sangat sulit untuk mengembalikan kembali kepercayaan masyarakat," ujar Andyka kepada Blooomberg Technoz, Kamis (26/10/2023).

Dia juga menyoroti klarifikasi pihak LRT yang menyebut pengurangan trainset imbas perbaikan roda LRT yang mengalami kondisi aus dan butuh perawatan. Andyka menilai pada kasus ini ke depan agar pemerintah lebih memperhatikan lagi spesifikasi teknis dan kekuatan material yang digunakan.

"LRT tentunya harapannya tetap bisa melayani publik," tegas dia.

Di lain sisi, sejumlah netizen di platform sosial media juga telah mengeluhkan LRT Jabodebek, tidak sedikit yang mengatakan enggan kembali menaiki transportasi tersebut. 

“Males banget naik LRT, kalau gak kepepet gak bakalan mau,” tulis akun @lecristalclair dalam sosial media X, Kamis (2/11/2023). 

Serupa, ada juga netizen yang mengomentari waktu tunggu (headway) LRT Jabodebek yang semakin lama. Menurut akun @nujabyes, dia tidak akan mau menunggu lebih dari 30 menit di stasiun. 

“Nggak reliabel (diandalkan) buat commuting sih kalau kayak gini. I ain't gonna waste my time waiting for more than 30 mins in the station. Kalau pas balik mungkin masih tidak apa-apa ya, tapi kalau pas berangkat ya udah pasti bakalan telat, or else diatur lagi time management nya,” tulis akun @nujabyes dalam sosial media X, Kamis (26/10/2023). 

Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi usai uji coba LRT Jabodebek. (Bloomberg Technoz/Yunia Rusmalia)

Kemenhub Klaim LRT Jabodebek Tetap Ramai Penumpang

Juru Bicara Kementerian Perhubungan Adita Irawati mengklaim LRT Jabodebek masih diminati oleh penumpang. Katanya, okupansi LRT Jabodebek bisa mencapai lebih dari 70% khususnya pada waktu sibuk (peak hours). 

“Ada tren ini pengguna tetapnya orang-orang komuter yang ngantor, tren di peak hours tetap angkanya penuh padet terus,” ujar Adita saat ditemui usai rapat kerja Kemenhub dengan Komisi V DPR RI, di Kompleks DPR, Jakarta Pusat, Selasa (7/11/2023). 

“Sekitar jam 5 sampai jam 10. Itu adalah peak. Okupansinya bisa lebih 70%, tinggi memang. Dengan traisnet 8. Ini demand-nya sih bisa lebih tinggi, kita fokus dulu kapasitas optimal yang safetynya bisa dijaga sambil pelan-pelan kita perbaiki, kita upayakan demandnya bisa kita tangkap juga dengan trainset yang bertambah,” pungkasnya.

(dov/spt)

No more pages