Dolar Mengendur
Penguatan rupiah dan mata uang utama Asia tidak lepas dari dolar AS yang mulai mengendur. Dalam sepekan terakhir, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan 6 mata uang utama dunia) melemah 1,21% secara point-to-point.
Kelesuan dolar AS tidak lepas dari ekspektasi pasar terhadap arah suku bunga acuan di Negeri Paman Sam. Federal Funds Rate kemungkinan sudah mencapai puncaknya (terminal rate) dan tidak naik lagi.
Akhir pekan lalu, US Bureau of Labor Statistics melaporkan penciptaan lapangan kerja non-pertanian (non-farm payroll) di Negeri Adidaya sebanyak 150 ribu pada Oktober. Kira-kira hanya separuh dari angka September.
Data ini memberi gambaran bahwa kebijakan moneter ketat yang dijalankan Ketua Jerome Powell dan sejawat sejak tahun lalu sudah membuahkan hasil. Ekonomi AS mulai ‘mendingin’ sehingga ada harapan inflasi bisa berangsur turun.
Mengutip CME FedWatch, kemungkinan suku bunga acuan bertahan di 5,25-5,5% dalam rapat The Fed bulan depan mencapai 100%. Tidak ada kemungkinan lain, pelaku pasar sudah menilai Federal Funds Rate pasti tidak naik lagi.
"Asia bisa unggul beberapa bulan ke depan tahun ini - sedikit reli Sinterklas," kata Brendan McKenna, ahli strategi pasar berkembang di Wells Fargo, merujuk pada reli kenaikan secara berkelanjutan di pasar yang terjadi dalam seminggu menjelang tanggal 25 Desember.
(aji)