Dalam aksi protes menyeluruh itu, demonstran marah dan meneriakkan bahwa mereka membutuhkan upah yang layak. Diketahui sejak krisis terjadi, lebih dari 7 juta orang Venezuela telah meninggalkan negara itu.
"Protes jadi makanan sehari-hari di Caracas paling tidak selalu ada diikuti 40 atau 50 orang," kata Carlos Julio Rojas yang merupakan aktivis yang bergabung dalam demonstrasi.
"Protes-protes seperti ini belum pernah muncul sejak tahun 2019," lanjutnya.
Presiden Maduro sendiri tampaknya sedang menunggu pencairan dana Venezuela hingga US$ 1 miliar yang dibekukan AS karena mendapatkan sanksi embargo. Namun unjuk rasa besar-besaran yang terjadi dan cara menanganinya akan menjadi ujian bagi Maduro mengingat AS akan menolak mencairkan dana apabila ada pertumpahan darah dalam demonstrasi.
Oleh karena itu pemerintah Venezuela akhirnya meyatakan akan memberikan para guru bonus pada hari Minggu nanti sebesar US$ 30 atau setara dengan Rp 452.000 sebagaimana nilai tukar mata uang terkini. Hal ini dianggap sebuah langkah dermawan di tengah ekonomi dan keuangan negara itu yang amat terpuruk.
Sementara indeksi Bloomberg’s own Cafe con Leche yang mendata pergerakan harga kopi di sana menunjukkan adanya kenaikan harga segelas kopi hingga 53%. Namun demikian Bank Central Venezuela belum mempublikasikan resmi mengenai angka inflasi sejak Oktober lalu.
"Kami bahkan tak punya asuransi kesehatan apalagi uang untuk membeli kebutuhan kami. Kami sudah lelah dan kami tak lagi takut," kata Heyra Vega (49) salah seorang demonstran.
(ezr/hps)