Bloomberg Technoz, Jakarta - Satu lagi pilihan investasi bagi para pemodal pemula atau investor ritel yang memulai debut berinvestasi di instrumen pendapatan tetap yang syariah. Pemerintah mulai membuka masa penawaran Sukuk Tabungan (ST) seri ST011 mulai 6 November kemarin hingga 6 Desember nanti.
Dalam penjelasannya, Kementerian Keuangan menawarkan ST011 dalam dua pilihan tranches yang dibedakan berdasarkan panjang tenor investasi. Pertama, ST011-T2 yaitu sukuk tabungan dengan tenor 2 tahun yang bisa dipesan mulai Rp1 juta hingga maksimal Rp5 miliar. Seri tenor pendek ini memberikan imbalan 6,3% per tahun.
Kedua, ST011-T4 yang merupakan seri green sukuk dengan tenor 4 tahun dan bisa dipesan mulai Rp1 juta hingga maksimal Rp10 miliar. Seri green sukuk ini memberikan imbalan sebesar 6,5% per tahun.
Berbeda dengan obligasi ritel atau ORI yang bisa diperdagangkan di pasar sekunder, karakteristik sukuk tabungan lebih mirip dengan saving bond ritel yang tidak bisa diperjualbelikan di pasar sekunder.
Namun, walau tidak bisa diperdagangkan di secondary market, sukuk tabungan memiliki fitur early redemption atau pencairan awal maksimal sebesar 50% dari nilai investasi yang ditempatkan.
Imbalan kurang menarik
Tawaran imbal hasil sukuk tabungan seri terbaru ini sedikit lebih tinggi dibandingkan seri sebelumnya yakni ST010 yang dirilis Mei lalu. Kala itu, pemerintah memberikan imbalan di kisaran 6,25%-6,40% per tahun untuk dua jenis atau dua tranches sukuk tabungan.
Dengan kini tawaran imbalan dipatok di kisaran 6,3%-6,5%, bisa dibilang sedikit kurang menarik mengingat saat ini bunga acuan BI 7 Days Rep Rate (BI7DRR) sudah di level 6% dan diprediksi masih akan naik lagi terutama bila tekanan pada nilai tukar rupiah masih terus besar. Beberapa analis bahkan memperkirakan BI7DRR di akhir tahun ini bisa di kisaran 6,25%-6,5%.
Bunga acuan, sesuai namanya, menjadi acuan bagi tingkat imbal hasil investasi apakah cukup menarik atau tidak. Semakin lebar selisih antara tingkat bunga acuan dengan imbal hasil, semakin menarik bagi investor. Karena itu berarti potensi keuntungan yang semakin tinggi.
Berkaca pada penawaran ORI024 bulan lalu yang mencatat penurunan minat cukup besar, hingga 50% dibanding seri ORI sebelumnya, salah satunya ditengarai karena tawaran imbal hasil yang kurang menarik karena bunga acuan yang berpeluang naik.
ORI024 hanya membukukan nilai pemesanan tak sampai Rp15 triliun, jauh lebih rendah dibandingkan seri sebelumnya ORI023 yang hampir Rp30 triliun. Pemerintah hanya menawarkan kisaran imbal hasil untuk ORI024 di rentang 6,1%-6,35%.
Sementara saat ini, tingkat imbal hasil acuan Surat Berharga Negara tenor 2 tahun sudah di kisaran 6,58%, sedangkan tenor 5 tahun ada di 6,59% pada Selasa siang (7/11/2023).
Akan tetapi bila dibandingkan tawaran bunga deposito bank umum, tawaran kupon ST011 masih menarik. Sebaliknya apabila dibanding bunga deposito bank digital yang masih di kisaran 7%-8%, tawaran imbal hasil sukuk tabungan terbaru ini masih kalah.
'Floating with floor'
Namun, meski tawaran imbal hasil sukuk tabungan sekilas tidak terlalu menarik dengan proyeksi bunga acuan akan kembali dikerek oleh BI, instrumen investasi ini memiliki fitur yang cukup unggul selain opsi pencairan lebih awal, yaitu fitur floating with floor.
Fitur itu memungkinkan tingkat imbal hasil mengambang dengan imbalan atau tingkat kupon minimal.
Artinya, bila di perjalanan sebelum jatuh tempo terjadi kenaikan tingkat bunga acuan BI7DRR, maka tingkat kupon sukuk tabungan itu akan disesuaikan atau ikut naik. Sebaliknya, bila ada penurunan tingkat bunga acuan Bank Indonesia, maka tingkat kupon sebesar 6,25% dan 6,40% menjadi besar return minimal yang diberikan.
Ini membuat sukuk tabungan lebih menarik ketimbang ORI meski tawaran imbal hasil berselisih sedikit dengan tingkat bunga acuan.
(rui)