Jadi, dari mana alarm resesi bisa menyala? Sinyal itu ternyata datang dari tingkat pengangguran.
Pada Oktober, tingkat pengangguran di AS tercatat 3,9%. Ini adalah yang tertinggi sejak Januari 2022 atau hampir 2 tahun.
Mengutip Bloomberg News, kenaikan angka pengangguran AS pada Oktober menyalakan sinyal dimulainya resesi. Ini dikenal sebagai 'Sahm Rule' atau Hukum Sahm.
Hukum Sahm diperkenalkan oleh mantan ekonom Federal Reserve, bank sentral AS, yang kini menjadi kolumnis di Bloomberg, Claudia Sahm. Sahm Rule menyatakan bahwa resesi akan dimulai ketika rata-rata pergerakan tingkat pengangguran dalam 3 bulan meningkat 0,5 poin persentase atau lebih dibanding nilai terendahnya dalam 12 bulan sebelumnya.
Angka pengangguran di AS terendah sepanjang tahun ini adalah 3,4%. Angka Oktober merupakan yang tertinggi sepanjang tahun ini.
(sahm)
Dampak Resesi AS ke Indonesia
Sebagai negara berstatus ‘lokomotif’ dunia, posisi AS tentu sangat menentukan. Ketika sang ‘lokomotif’ mogok, maka gerbong-gerbong di belakangnya akan ikut berhenti.
Bagi Indonesia, AS adalah negara mitra yang penting. Di sisi perdagangan, AS adalah satu negara tujuan ekspor utama.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai ekspor non-migas Indonesia ke AS pada Januari-September adalah US$ 17,4 miliar. Porsinya adalah 9,64%, hanya kalah dari China di peringkat pertama dengan andil 25,15%.
Saat AS resesi, permintaan terhadap produk luar negeri (termasuk Indonesia) tentu akan berkurang. Akibatnya, kinerja ekspor Indonesia akan terpengaruh.
Di sisi investasi, Kementerian Investasi/BKPM mencatat AS menjadi salah satu investor Penanaman Modal Asing (PMA) terbesar di Indonesia. Selama 9 bulan pertama 2023, nilai investasi AS di Indonesia adalah US$ 2,4 miliar.
AS menempati peringkat kelima investor PMA di Indonesia. Hanya kalah dari Singapura (US$ 12,1 miliar), China (US$ 5,6 miliar), Hong Kong (US$ 5,2 miliar), dan Jepang (US$ 3,3 miliar).
Resesi tentu akan membuat dunia usaha di AS berpikir ulang untuk berinvestasi di luar negeri, karena jika ada dana maka lebih baik disimpan sebagai cadangan untuk berjaga-jaga terhadap hal-hal yang tidak diinginkan. PMA asal AS kemungkinan besar akan berkurang jika resesi terjadi di negara tersebut.
Di sisi pariwisata, kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) asal AS ke Indonesia juga menjanjikan. Pada September, jumlah kunjungan wisman AS ke Indonesia adalah 35,37 ribu. Melonjak 57,78% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Oleh karena itu, resesi di AS akan sangat terasa bagi Indonesia. Kala krisis keuangan global 2008-2009, AS mengalami resesi dan ekonomi Indonesia melambat signifikan.
Pada 2009, ekonomi AS mengalami kontraksi 2,56%. Kala itu, ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,5%, jauh melambat dibandingkan 2008 yang melonjak 6,1%, tertinggi setelah Reformasi.
(aji)