Logo Bloomberg Technoz

Cadev Susut dan Overheating Ekonomi, Bunga Acuan Bisa Naik Lagi

Ruisa Khoiriyah
07 November 2023 14:35

Pelanggan menghitung uang dolar AS di salah satu pusat penukaran uang di Jakarta, Rabu (11/10/2023). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Pelanggan menghitung uang dolar AS di salah satu pusat penukaran uang di Jakarta, Rabu (11/10/2023). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Penurunan posisi cadangan devisa RI selama tiga bulan berturut-turut senilai total US$4,57 miliar akibat tekanan besar yang dihadapi oleh nilai tukar rupiah menghadapi dolar Amerika Serikat (AS), menempatkan Bank Indonesia (BI) dalam posisi kurang leluasa dalam memitigasi risiko ketidakpastian global yang masih menghadang di depan.

Ini membuat opsi kenaikan bunga BI 7 Days Repo Rate (BI7DRR) lebih lanjut di sisa tahun masih terbuka, ditambah dengan terbukanya risiko overheating economy apabila stimulus fiskal digenjot demi menggeber pertumbuhan ekonomi oleh pemerintah, menurut analis.

BI melaporkan posisi cadangan devisa RI pada Oktober tergerus jadi US$133,1 miliar, turun US$1,75 miliar atau sekitar Rp27,2 triliun dengan asumsi kurs JISDOR Rp15.550/US$. Posisi cadev itu menjadi yang terlemah dalam setahun terakhir. 

Penurunan posisi cadev sudah terprediksi mengingat selama Oktober, nilai tukar rupiah terperosok sekitar 3% dan beberapa kali nyaris menembus Rp16.000/US$ di pasar spot. BI mengguyur valas di pasar beberapa kali sehingga level psikologis itu tak sampai tertembus. 

Sampai akhir tahun ini, nilai cadev kemungkinan masih akan tertekan sejurus dengan masih adanya ketidakpastian global terutama terkait arah kebijakan Federal Reserve, bank sentral AS. Walau pasar global sejak pekan lalu sempat tersulut euforia akibat sinyal The Fed yang memberi harapan pengakhiran siklus kenaikan bunga acuan, hari ini sentimen berbalik kembali pasca pernyataan baru pejabat bank sentral yang memupus optimisme pasar.