Di sisi lain, pertumbuhan permintaan juga relatif lemah di tengah sulitnya pemulihan ekonomi China.
Founder Traderindo, juga Analis Komoditas, Wahyu Laksono memaparkan, China masih, dan akan selalu menjadi ujung tombak penentu harga batu bara, meski faktor lain seperti penguatan dolar Amerika Serikat (AS) dan anomali harga minyak dunia ikut memberi sentimen.
Sebagai gambaran, China adalah konsumen batu bara terbesar dunia. Permintaan China akan sangat menentukan. Saat aktivitas ekonomi China melambat, maka permintaan energi akan berkurang sehingga mempengaruhi harga di pasaran.
Sentimen negatif batu bara juga datang dari data ekonomi terbaru di China. Biro Statistik Nasional China (National Bureau Statistics China/NBS) melaporkan, aktivitas manufaktur yang diukur dengan Purchasing Managers’ Index (PMI) pada Oktober hanya sebesar 49,5. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 50,2.
Dengan artian, PMI di bawah 50 menandakan sektor manufaktur sedang mengalami kontraksi, dan/atau perlambatan.
Hal tersebut memberikan pandangan suram atas pemulihan ekonomi China, dengan melemahnya perekonomian negara tersebut maka permintaan akan batu bara untuk pasokan listrik juga akan ikut melandai, bahkan menurun.
Dalam jangka menengah, harga maupun permintaan batu bara diperkirakan masih akan tertekan. Jika mencermati terhadap kacamata analisis teknikal, ada kemungkinan harga bisa turun lagi menuju US$117,55/ton.
Adapun level tersebut searah dengan tren Bearish-nya, yang tercermin dari indikator Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 17,73.
Dari dalam negeri, harga saham emiten pertambangan batu bara ikut terjungkal seiring dengan terjadinya pelemahan harga batu bara acuan global.
Bahkan harga saham PT Delta Dunia Makmur (DOID) terperosok sedalam 30,4% dalam satu bulan perdagangan ke harga Rp386/saham. Menyusul tren pelemahan yang sama, PT Indika Energy Tbk (INDY) anjlok mencapai 22,9% ke posisi Rp1.580/saham.
Kemudian saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) drop 16% ke harga Rp110/saham. Juga dengan PT Sumber Global Energy Tbk (SGER) turun 14,4% ke posisi Rp1.950/saham.
Berikut pergerakan saham-saham batu bara sepanjang satu bulan perdagangan hingga Selasa (7/11/2023),
- PT Delta Dunia Makmur (DOID) drop 30,4% ke posisi Rp386
- PT Indika Energy Tbk (INDY) melemah 22,9% ke posisi Rp1.580
- PT Bumi Resources Tbk (BUMI) anjlok 16% ke posisi Rp110
- PT Sumber Global Energy Tbk (SGER) drop 14,7=4% ke posisi Rp1.950/saham
- PT ABM Investama Tbk (ABMM) turun 13,9% di posisi Rp3.530
- PT Bukit Asam Tbk (PTBA) melemah 13,8% ke posisi Rp2.370
- PT Atlas Resources Tbk (ARII) terkontraksi 12,2% ke posisi Rp288
- PT Harum Energy Tbk (HRUM) anjlok 11,7% ke posisi Rp1.475
- PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) melemah 10,8% ke posisi Rp2.480
- PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) turun 6,4% ke posisi Rp25.425
- PT Black Diamond Resources Tbk (COAL) drop 1,9% ke posisi Rp50
(fad)