Penjelasan itu merupakan salah satu poin dari enam strategi WSKT untuk mempertahankan kelangsungan usaha. Terlebih, WSKT saat ini masih bergelut dengan restrukturisasi utang yang tak kunjung mendapat restu skema dari sejumlah kreditur.
Kondisi keuangan WSKT secara umum saat ini masih berada dalam masa sulit. Selain dari pendapatan, kondisi ini juga tercermin dari posisi laba yang tergerus hingga perusahaan mengalami defisit saldo laba.
Defisit saldo laba mencapai Rp6,17 triliun. Defisit ini memang tak sampai membuat WSKT mengalami defisiensi modal, mengingat ekuitas perusahaan masih sebesar Rp17,49 triliun
Namun, perlu diketahui, saldo laba berasal dari laba ditahan atau laba setelah dikurangi pembagian dividen. Saldo laba memiliki peranan penting.
Pasalnya, saldo laba diperuntukkan untuk dana cadangan yang bisa digunakan sebagai modal ekspansi maupun kebutuhan tidak terduga.
Saldo laba WSKT menjadi defisit setelah sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini, perusahaan membukukan kerugian bersih hingga Rp2,83 triliun. Pada periode yang sama tahun sebelumnya, laba bersih WSKT tercatat R425,29 juta.
Kerugian WSKT tak lepas dari penurunan pendapatan sebesar 24,14% secara tahunan menjadi Rp7,82 triliun. Pada saat yang bersamaan, beban pokok mencapai Rp7,04 triliun.
Alhasil, laba kotor mengalami penurunan 21,68% secara tahunan menjadi Rp773,93 miliar.
Beban keuangan WSKT mencapai Rp3,17 triliun, naik 4,5% secara tahunan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, Rp3,03 triliun. Besarnya beban keuangan ini yang membuat WSKT mengalami kerugian hingga triliunan rupiah.
Utang saat ini masih menjadi isu bagi WSKT. Besarnya utang bahkan sampai membuat perusahaan ini sakit, sehingga banyak proyek yang terganggu akibat kekurangan pendanaan.
Alhasil, upaya perusahaan untuk melancarkan arus kas juga menjadi tersendat, karena banyak proyek yang juga ditunda pengerjaannya.
(mfd/dhf)