Logo Bloomberg Technoz

Berkaca pada kedua ekonomi Asia Timur itu, Jokowi menginginkan agar Indonesia memiliki produk yang membuat negara lain bergantung pada Indonesia.

"Bahan-bahan mentah ada di Indonesia, semuanya ada, [terutama bahan baku untuk] baterai EV [electric vehicle/kendaraan listrik]. Nantinya ekosistem [baterai EV] ini akan menjadi ekosistem besar yang akan menjadi [indutsri] mobil listrik, karena kita nikel punya, tembaga kita memiliki, timah dan bauksit kita miliki. Semua komponen yang dibutuhkan mobil listrik kita punya di Indonesia. [Hal] yang dibutuhkan hanya mengintegrasikan [industrinya dari hulu ke hilir]," jelasnya.

Jokowi kembali mencontohkan penghiliran nikel terbukti melambungkan pendapatan negara menjadi Rp450 triliun pada 2022 dari Rp17 triliun tahun sebelumnya.

Taksasi harga komoditas mineral logam. (Sumber: S&P Global)

Dengan demikian, untuk menjadi negara maju, Jokowi menegaskan jangan sampai ke depannya Indonesia terus mengekspor komoditas mentah yang tidak memberikan nilai tambah bagi Indonesia.

Terkait dengan pengembangan bahan baku industri baterai EV, pelaku industri Indonesia baru-baru ini melakukan pendekatan dengan Australia untuk pengembangan industri tersebut, seiring dengan kian tingginya realisasi ekspor mobil RI ke Negeri Kanguru.

Dalam kaitan itu, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia dan Pemerintah Australia Barat telah meneken nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU)  di Perth, Selasa (21/02/2023), sebagai tindak lanjut komitmen kedua pihak yang dibuat selama B20/G20 di Bali pada November 2022.

Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasjid kedua negara memiliki kekayaan mineral yang melimpah untuk memproduksi baterai EV yang sangat dicari. 

Australia merupakan penyuplai utama lithium, sedangkan RI adalah produsen nikel nomor wahid dunia. Kedua bahan baku tersebut merupakan komponen vital dalam fabrikasi baterai EV. 

“Kedua negara memiliki cadangan mineral yang cukup penting untuk produksi baterai, dengan potensi saling melengkapi untuk mewujudkan kerja sama yang saling menguntungkan,” ujarnya, dikutip dari siaran pers Kadin yang dilansir pada hari yang sama.

Arsjad menambahkan sinergi kedua negara dalam pengembangan industri baterai EV akan meningkatkan daya saing Indonesia dalam pasar global dan menciptakan lapangan kerja baru. 

"Kita harus memanfaatkan kesempatan ini untuk bersama-sama mengembangkan pabrik manufaktur baterai di Indonesia dengan memanfaatkan lithium Australia dan investasi yang menguntungkan, sehingga dapat merealisasikan potensi cadangan nikel Indonesia dan tenaga kerja yang melimpah," kata Arsjad. 

Sampel kobalt sebagai bahan baku baterai. (Dok. Bloomberg)

Lebih lanjut, dia mengelaborasi bahwa MoU tersebut mencakup upaya mempromosikan investasi dan kerja sama untuk kepentingan bersama Australia Barat dan Indonesia, terutama dalam mengoptimalkan peluang untuk mengembangkan mineral kritis dan industri baterai dengan nilai tambah yang tinggi. 

Sekadar catatan, Australia Barat dan Indonesia memiliki sejarah kerja sama di sektor sumber daya alam, dengan beberapa perusahaan tambang Indonesia beroperasi di Australia Barat dan perusahaan-perusahaan Australia Barat melakukan investasi di sektor pertambangan Indonesia. 

Dalam kerja sama ini, Kadin dan Pemerintah Australia Barat akan menjalin kemitraan industri dalam rantai pasok mineral penting di kedua wilayah, serta berbagi informasi tentang pembaruan hukum atau peraturan. 

MoU ini diharapkan dapat mempercepat kerja sama dan merangsang pengembangan industri baterai dan EV global.

Sebelumnya, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan Kemenperin akan fokus memperluas ekspor produk otomotif tahun ini, berkaca dari capaian sukses penetrasi produk otomotif Indonesia di pasar Australia yang memiliki standar tinggi. 

Di Indonesia, kekuatan industri otomotif nasional ditopang oleh 23 perusahaan yang memproduksi kendaraan bermotor roda empat atau lebih dengan total kapasitas produksi mencapai 2,35 juta unit per tahun.

Pabrikan mobil di Indonesia, lanjutnya, berhasil mengekspor produk completelly built up (CBU) sebanyak 473.000 unit sepanjang 2022, melesat 60,7% secara tahunan. 

Secara nilai, capaian tersebut setara dengan pendapatan ekspor sejumlah US$5,7 miliar yang meroket 63,5% secara tahunan. 

(krz/wdh)

No more pages