“Ekspor kita ke China masih cukup kuat, lebih dari 30%. Sementara itu, total impor batu bara China lebih dari separuhnya dari Indonesia. Biasanya jelang akhir tahun permintaan menguat jelang musim dingin. Namun, walaupun ada penguatan, tidak terlalu besar.”
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekspor batu bara terus melembam pada kuartal III-2023, dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi global yang menekan harga ekspor beberapa komoditas andalan nonmigas Indonesia.
Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyebut, tidak hanya batu bara, nilai ekspor nikel dan minyak kelapa sawit pada kuartal III-2023 merosot dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, meski secara volume masih meningkat.
“Harga batu bara turun 5,25% secara tahunan pada kuartal III-2023, sedangkan nilai ekspornya drop 47,32%,” paparnya.
Data terakhir BPS per September 2023, volume ekspor batu bara mencapai 30,42 juta ton, turun 8,23% lebih rendah secara tahunan, tetapi naik 2,76% secara bulanan. Sepanjang Januari—September 2023, volume ekspor batu bara mencapai 273,8 juta ton atau naik tipis 1,4% secara tahunan.
Adapun, harga batu bara turun pada perdagangan kemarin. Koreksi yang terjadi usai harga si batu hitam naik 2 hari beruntun. Pada Senin (6/11/2023), harga batu bara di pasar ICE Newcastle ditutup di US$119/ton, anjlok 2,86% dan berada di posisi terendah sejak Mei 2021.
Sebelumnya, harga batu bara sempat naik 2 hari beruntun pada 2—3 November. Dalam 2 hari tersebut, harga bertambah 2,38%.
Namun, kenaikan itu ternyata belum bisa membawa harga batu bara menuju tren positif. Dalam sepekan terakhir, harga komoditas ini anjlok 9,39%. Selama sebulan ke belakang, harga terpangkas 15,52%. Sejak awal 2023, harga komoditas ini sudah rontok 69,69%.
Melihat data-data tersebut, Hendra mengatakan, jika dibandingkan dengan 2020, harga batu bara saat ini sebenarnya masih jauh lebih bagus.
Dia pun optimistis harga batu bara mengalami penguatan signifikan sampai dengan akhir tahun ini, meski kemungkinan hanya tipis.
(wdh)