Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Sektor batu bara kembali diselimuti awan mendung. Ini akibat harga komoditas batu bara global yang terus turun, bahkan hingga menyentuh level terendah.

Sentimen itu turut mempengaruhi gerak saham di sektor ini. Sejumlah saham emiten batu bara besar kompak mengalami penurunan.

Berikut rinciannya berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (7/11/2023), hingga pukul 9.48.

  • PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) turun 125 poin atau setara 0,49% ke level Rp25.525/saham.
  • PT Bayan Resources Tbk (BYAN) turun 150 poin atau setara 0,80% ke level Rp18.550/saham.
  • PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) turun 40 poin atau setara 1,58% ke level Rp2.490/saham.
  • PT Harum Energy Tbk (HRUM)
  • PT Bukit Asam Tbk (PTBA) turun 20 poin atau setara 0,83% ke level Rp2.380/saham.

Seperti diketahui, harga batu bara turun pada perdagangan kemarin. Koreksi yang terjadi usai harga si batu hitam naik 2 hari beruntun.

Pada Senin (6/11/2023), harga batu bara di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 119/ton. Anjlok 2,86% dan berada di posisi terendah sejak Mei 2021.

Sebelumnya, harga batu bara sempat naik 2 hari beruntun pada 2-3 November. Dalam 2 hari tersebut, harga bertambah 2,38%.

Namun kenaikan itu ternyata belum bisa membawa harga batu bara menuju tren positif. Dalam sepekan terakhir, harga komoditas ini anjlok 9,39%. Selama sebulan ke belakang, harga terpangkas 15,52%.

Koreksi harga batu bara terjadi akibat pasokan yang berlimpah. China, misalnya, meningkatkan produksi batu bara dalam negeri sebagai antisipasi peningkatan kebutuhan listrik saat musim dingin.

Namun, China juga masih mengimpor batu bara untuk berjaga-jaga. Impor batu bara China pada Oktober tercatat 24,84 juta metrik ton. Ini adalah yang tertinggi sejak Juni tahun lalu.

(mfd/dhf)

No more pages