"WIPL merupakan perusahaan induk investasi yang dibentuk dan didirikan di Singapura yang juga merupakan anak perusahaan dari GIC Ventures, perusahaan di bawah naungan Kementerian Keuangan yang memiliki dan mengelola aset Pemerintah Singapura," jelas Indah D.P. Pertiwi, Head of Corporate Communication & CSR META dalam keterangan resmi yang diterima Bloomberg Technoz.
Ia belum memberi rincian nilai transaksi pengambilalihan saham tersebut. Namun, berdasarkan informasi yang diterima Bloomberg Technoz, nilainya mencapai Rp6 triliun.
Dana itu kemudian akan digunakan untuk melunasi utang yang timbul dari akuisisi 40% saham Jalan Layang Mohamed Bin Zayed (Tol MBZ). Akuisisi ini diresmikan pada akhir 2022.
Bukan hanya di dalam negeri, Anthoni Salim juga kabarnya tengah bersiap mencari dana segar dari bursa saham Filipina. MPTC dikabarkan akan initial public offering (IPO) dan mengincar dana segar hingga US$500 juta untuk modal ekspansi.
META belum lama ini juga mengumumkan rencana pengerjaan proyek jalan Tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) Elevated Cikunir – Ulujami. Proyek ini akan dikerjakan melalui entitasnya, PT Jakarta Metro Exspressway (JKTMetro).
Sudwikatmono dengan Cinema XXI
Anthoni Salim memang baru memegang tongkat komando Grup Salim selepas jatuhnya era Orde Baru. Era ini ditandai dengan lengsernya Presiden Soeharto, yang merupakan klimaks dari kekacauan politik dan ekonomi periode 1997-1998.
Akan tetapi, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Anthoni Salim adalah putra dari Sudono Salim.
Grup Salim bisa berdiri kuat salah satunya karena kedekatan Sudono Salim dengan Soeharto. Bahkan, nama Indonesia Soedono dikabarkan adalah nama pemberian dari Soeharto.
Warisan serupa juga terjadi di PT Nusantara Sejahtera Raya Tbk (CNMA). Ada sejarah panjang hingga pengelola jaringan Cinema XXI ini bisa berdiri sampai sekarang.
Ialah Sudwikatmono sosok di balik salah satu jaringan bioskop terbesar di Indonesia ini. Ia merupakan sepupu Soeharto. Sudwikatmono sebelumnya sempat bergabung dengan Grup Salim. Namun, justru bisnis bioskopnya berkembang. Dulu, Cinema XXI bernama Studio 21.
Cinema XXI menghelat IPO pada Agustus tahun ini. Perusahaan memperoleh dana segar Rp2,25 triliun, salah satu nilai emisi terbesar tahun ini.
Prajogo Pangestu
Grup Barito sepanjang tahun ini juga mengantar entitas usahanya ke bursa saham. Bukan hanya satu, melainkan dua sekaligus.
Keduanya adalah, PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN).
CUAN IPO pada Maret 2023 dan menghimpun dana segar Rp371,8 miliar. Sedang BREN IPO bulan lalu, dengan perolehan dana segar hingga Rp3,31 triliun.
Saat ini, tongkat komando Grup Barito dipegang oleh Agus Salim Pangestu. Meski begitu, Prajogo Pangestu tercatat sebagai pemegang saham pengendali di hampir seluruh entitas usaha grup tersebut.
Prajogo Pangestu kabarnya merupakan teman bermain golf Soeharto. Disebutkan juga, Grup Barito bisa berkembang pesat sejak berkenalan dengan Soeharto, saat bisnis Grup Barito kala itu masih bergerak di sektor pengolahan kayu itu.
Sampai di IKN
Terakhir, ada nama Sugianto Kusuma. Pengusaha yang kerap disapa Aguan ini adalah pemilik Agung Sedayu Group.
Namanya sempat kembali mencuat setelah dirinya memimpin konsorsium investor di Ibu Kota Nusantara (IKN). Di belakanganya, banyak pengusaha besar, mulai Anthoni Salim hingga Bos Sinar Mas Franky Oesman Widjaja.
Bisnis Aguan berkibar sejak era Orde Baru. Iklim bisnis selama periode ini memang menguntungkan bisnis properti yang digeluti Aguan.
Situasi ini juga yang memperkenalkan Aguan dengan pemilik Grup Artha Graha, Tomy Winata.
(dhf/ain)