Serupa, tiga trainset impor yang akan didatangkan KAI Commuter juga memiliki stamformasi 12 gerbong. Artinya, KAI Commuter akan memesan sebanyak total 36 gerbong dari luar negeri. Kendati demikian, Anne belum memberikan penjelasan asal negara dari kereta yang akan diimpor.
Anne menjelaskan saat ini KAI Commuter memiliki 1.115 gerbong yang dioperasikan. Tahun ini, KAI Commuter akan melakukan proses retrofit sebanyak empat rangkaian yang terdiri dari tiga rangkaian seri Metro 05 dan satu rangkaian seri Metro 6000. Proses pengerjaan retrofit akan membutuhkan waktu selama 13-15 bulan.
Anne memastikan proses retrofit pun dipastikan tidak akan mengganggu operasional KRL karena pihaknya tidak mengurangi frekuensi perjalanan.
“Jadi tidak akan dikurangi frekuensinya. Tapi untuk maintenance dan operasional ada rekomposisi, rekayasa pola operasi. Kemudian kalai hari libur lebih sedikit penumpangnya, kita rekayasa pola operasi agar maintenance berjalan dengan baik,” ujar Anne.
Kecepatan sudah 90 km/jam
Selain itu, Anne mengatakan, saat ini kecepatan kereta di sejumlah jalur telah ditingkatkan secara bertahap untuk mengurangi waktu tunggu (headway), seperti Bekasi yang saat ini kecepatan mencapai 80-90 km per jam, Batu Ceper 80-90 km per jam, dan Bogor menjadi 80 km per jam.
Total anggaran yang diperlukan untuk retrofit atau penambahan teknologi baru pada rangka kereta yang sudah ada (existing) sebesar Rp2,2 triliun.
Namun, anggaran tersebut masih tergolong kecil dibandingkan pengadaan kereta baru yang biayanya bisa mencapai lebih dari 2 kali lipat. Artinya, biaya pengadaan kereta baru bisa mencapai lebih dari Rp4,4 triliun.
“Bedanya retrofit dengan yang baru, yang baru pasti teknologi baru, kalau yang retrofit kita gunakan KRL lama tapi teknologinya di-upgrade. Mirip baru, tapi rangkanya masih gunakan yang eksisting,” pungkasnya.
(dov/ain)