Logo Bloomberg Technoz

Akhir pekan lalu, US Bureau of Labor Statistics melaporkan penciptaan lapangan kerja non-pertanian (non-farm payroll) di Negeri Paman Sam sebanyak 150 ribu pada Oktober. Kira-kira hanya separuh dari angka September.

Data ini memberi gambaran bahwa kebijakan moneter ketat yang dijalankan Ketua Jerome Powell dan sejawat sejak tahun lalu sudah membuahkan hasil. Ekonomi AS mulai ‘mendingin’ sehingga ada harapan inflasi bisa berangsur turun.

Mengutip CME FedWatch, kemungkinan suku bunga acuan bertahan di 5,25-5,5% dalam rapat The Fed bulan depan mencapai 87,6%.

“Emas punya sedikit amunisi untuk bullish karena ekspektasi tidak ada lagi kenaikan suku bunga acuan,” tegas Jim Wyckoff, Analis Senior Kitco Metals, seperti diberitakan Bloomberg News.

Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Jika suku bunga masih naik, maka berinvestasi di emas menjadi kurang menguntungkan. Berbeda ceritanya jika kenaikan suku bunga sudah selesai.

Analisis Teknikal

Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), emas memang masih bullish. Terbukti dengan Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 59,35.

RSI di atas 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bullish. Namun kenaikan harga yang sudah tinggi, setidaknya dalam sebulan terakhir, membuat harga emas masih rentan turun.

Target koreksi atau support terdekat adalah US$ 1.962/ons. Jika tertembus, maka bukan tidak mungkin harga emas bisa terjun ke US$ 1.936/ons .

Target paling pesimistis atau support terjauh adalah US$ 1.927/ons.

Sementara target kenaikan atau resisten terdekat adalah US$ 1.995/ons. Jika tertembus, maka ada harapan harga emas bisa menuju US$ 2.005/ons.

(aji)

No more pages