Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Konsumsi pemerintah mengalami pertumbuhan negatif (kontraksi) pada kuartal III-2023. Ini menjadi salah satu penyebab ekonomi melambat.

Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% year-on-year (yoy) pada kuartal III-2023. Melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 5,17% dan menjadi yang terendah sejak kuartal II-2021.

Dari sisi pengeluaran, konsumsi pemerintah mencatat kontraksi 3,76%. Jauh memburuk dibandingkan kuartal sebelumnya yang tumbuh 10,62%.

Sumber: BPS

Menanggapi hal tersebut, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan memang biasanya sampai kuartal III belanja pemerintah belum maksimal. "Biasanya nanti baru realisasi pada kuartal IV," ujarnya dalam konferensi pers di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (6/11/2023).

Sebagai informasi, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 masih membukukan surplus hingga September. Belanja negara masih terus tumbuh di bawah penerimaan.

Penerimaan negara hingga akhir September tercatat Rp 2.035,6 triliun. Naik 3,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu dan sudah 82,6% dari target.

Sementara realisasi belanja negara adalah Rp 1.967,9 triliun. Naik 2,8% dan 64,3% dari pagu.

Namun, Sri Mulyani tetap meyakini bahwa APBN 2023 masih akan sesuai desainnya yaitu defisit. Hanya, ada kemungkinan defisit anggaran akan di bawah 2,3% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Akan lebih rendah dibandingkan rencana awal yaitu defisit 2,8% PDB.

"Saya sudah menghitung dari postur. Sampai Desember, dalam 3 bulan, belanja di APBN akan Rp 1.078 triliun sementara kita masih mungkin mengumpulkan penerimaan negara Rp 560 triliun. Jadi net ekspansif," ungkap Sri Mulyani.

Dengan begitu, menurut Sri Mulyani, diharapan APBN bisa menjadi salah satu mesin penggerak ekonomi. "Kita harapkan untuk menjadi offset bagi positive growth pada kuartal IV sehingga kita bisa menjaga di atas 5%," tegasnya.

(aji)

No more pages