Penurunan pada sisi top line tersebut bahkan juga tak mampu mengkompensasi penurunan beban usaha dari sebelumnya Rp202,14 miliar, menjadi hanya Rp127,94 miliar.
Dengan berbagai hasil tersebut, WMPP mencatat rugi bersih Rp263,33 miliar. Angka ini membengkak dari sebelumnya hanya Rp10,34 miliar.
Rugi bersih yang dicatatkan oleh WMPP meningkatkan angka rugi per saham dasar, dari minus Rp0,35/saham juta pada September 2022, menjadi minus Rp8,95/saham pada September 2023.
Bukan hanya pendapatan dan rugi yang bersifat negatif, liabilitas atau utang yang ditanggung Widodo Makmur juga tergolong jumbo, mencapai angka Rp3,79 triliun.
Rinciannya, utang jangka pendek sejumlah Rp2,54 triliun dan utang jangka panjang Rp1,25 triliun.
Jumlah utang tersebut juga seiring dengan turunnya total aset yang hanya tercatat Rp5,61 triliun. Drop 7,51% dibandingkan dengan Desember 2022 kemarin yang menyentuh Rp6,07 triliun.
Sekadar informasi, sejak pertengahan April tahun ini, saham WMPP sudah parkir dan menetap di level Rp50/saham, atau termasuk ke dalam saham gocap.
Volume perdagangan saham WMPP juga tergolong ‘Mini’ sehingga membuat para investor kesulitan menjual saham ini. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, terdapat antrian 1 juta lot di harga Rp50/saham pada sore hari.
Per November 2023, Tumiyana menguasai 69,68% dari total modal ditempatkan dan disetor WMPP. Tumiyana menggenggam 20,5 miliar saham sekaligus sebagai pemegang saham pengendali. Sementara Masyarakat menguasai 20,32% dari total keseluruhan atau setara dengan 8,91 miliar saham.
(fad)