Hal ini dilakukan karena pemerintah menargetkan penyaluran CPP dan program Stabilitas Pasokan Harga Pangan (SPHP) sebesar 1 juta ton. Per 4 November 2023, Bapanas telah menyalurkan sebanyak 899.000 ton.
Khusus intervensi harga di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), pemerintah juga telah menggelontorkan 8.000—10.000 ton beras untuk stabilisasi.
“Harga di Pasar Induk Cipinang untuk beras medium [sudah] flat. Artinya, sudah kenyang stoknya hari ini saya cek 34.000 ton di PIBC. Pak Presiden minta targetnya sampai 35.000 ton,” ujar Arief.
Di sisi lain, upaya untuk menggejot produksi dalam negeri juga dilakukan melalui percepatan penanaman padi di daerah yang sudah bisa ditanam.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksi adanya penurunan produksi beras sebesar 0,65 juta ton atau sebesar 2,05% sepanjang tahun 2023, atau menjadi 30,9 juta ton dari realisasi tahun lalu sebanyak 31,54 juta ton.
Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan penurunan itu sudah terjadi sejak Januari hingga September 2023 sebesar 0,06 juta ton atau 0,22%. Adapun, realisasi produksi beras pada Januari—September 2023 sebesar 26,17 juta ton turun menjadi 26,11 juta ton.
Penurunan diproyeksi paling tinggi terjadi pada Oktober—Desember 2023 yang diproyeksi mencapai 0,59 juta ton atau sebesar 10,92%, atau dari 5,37 juta ton pada Oktober—Desember 2022 menjadi 4,78 juta ton pada Oktober—Desember 2023.
“Produksi beras 2021—2023 memang kecenderungannya sejak September—Desember selalu turun, tetapi ada catatan bahwa 2023 terjadi penurunan produksi beras kalau dibandingkan dengan tahun sebelumnya selama periode Januari—September terjadi penurunan 0,06 juta ton,” ujar Amel.
(dov/wdh)