Pada tanggal 27 Oktober, militer Israel mengatakan bahwa Hamas memiliki markas militer di dalam labirin terowongan dan kompleks bawah tanah di bawah Rumah Sakit al-Shifa, kompleks medis terbesar di Gaza.
Hamas telah membantah klaim Israel yang menyebutkan bahwa mereka menggunakan rumah sakit untuk melindungi jaringan militer bawah tanah sebagai klaim yang "tidak berdasar pada kenyataan."
Menanggapi klaim pada 27 Oktober tersebut, Ezzat el-Reshiq, seorang pejabat Hamas, mengatakan bahwa Israel berupaya "membuka jalan bagi penargetan rumah sakit yang menampung ribuan orang terluka dan menampung lebih dari 40.000 pengungsi."
Para pejabat Israel telah mengindikasikan bahwa saat pasukan mereka berusaha membongkar infrastruktur Hamas, tantangan besar — dan sasarannya — adalah rumah sakit yang mereka katakan berfungsi sebagai pusat komando dan kontrol bawah tanah, yang terhubung dengan terowongan sepanjang ratusan mil.
Militer Israel pada hari Sabtu mengaku bertanggung jawab atas serangan mematikan terhadap sebuah ambulans di dekat rumah sakit al-Shifa, yang katanya digunakan untuk mengangkut pejuang Hamas. Kementerian Kesehatan Gaza menyebut klaim itu "tidak berdasar".
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mengatakan di platform X bahwa dia "terkejut" oleh serangan tersebut. Kelompok bantuan medis Medicins Sans Frontieres menyebut serangan itu sebagai "titik terendah baru".
This is a new low in an endless stream of unconscionable violence. The repeated strikes on hospitals, ambulances, densely populated areas and refugee camps are disgraceful. How many people have to die before world leaders wake up and call for a ceasefire?
— MSF International (@MSF) November 4, 2023
(bbn)