Hubungan antara China dan Rusia "kokoh seperti batu dan akan bertahan dalam cobaan situasi internasional yang berubah," kata Wang dalam siaran televisi pemerintah Rusia.
Kunjungan Wang ke Moskwa jelang setahun Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan invasi besar-besaran ke Ukraina menunjukkan bahwa China tidak telalu berniat untuk meninggalkan mitra diplomatiknya yang setia tersebut di tengah upaya Beijing untuk menengahi perang.
China mengatakan akan segera merilis rincian rencana untuk membawa perdamaian di Ukraina, sebuah proposal yang ditanggapi dengan skeptis oleh Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
Media AS The Wall Street Journal melaporkan bahwa Presiden China Xi Jinping tengah bersiap untuk mengunjungi Moskwa dalam beberapa bulan mendatang untuk mendorong pembicaraan damai, dan mungkin China akan mengulangi seruan agar senjata nuklir tidak digunakan.
Sebelumnya, Putin memberi tahu Xi saat video call pada Desember 2022 bahwa dia berharap untuk menyambut pemimpin China ke Rusia pada musim semi.
Xi belum berbicara dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy sejak invasi meskipun berbicara dengan Putin sekitar empat kali dalam rentang waktu itu.
Beijing juga telah berulang kali membela beberapa alasan Rusia untuk berperang, dalam hal ini yang paling menonjol adalah soal penolakan perluasan NATO meski bersikeras tidak mendukung invasi.
Dalam panggilan telepon dengan Lavrov pada awal Januari 2023, Menteri Luar Negeri China yang baru, Qin Gang, mengatakan hubungan didasarkan pada "Tiga Tidak", yaitu; tidak ada aliansi, tidak ada konfrontasi, dan tidak ada penargetan pihak ketiga mana pun.
Di Moskwa pada Selasa, Wang dan Patrushev menegaskan negara mereka bersatu untuk melawan AS dan sekutunya, dan untuk “bersama-sama mempraktikkan multilateralisme sejati, menentang semua bentuk intimidasi sepihak, dan mempromosikan demokrasi dalam hubungan internasional dan dunia multipolar.”
(bbn)