Bloomberg Technoz, Jakarta – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) perdana pada 2032 masih terbentur beberapa regulasi, serta keberterimaan masyarakat.
Menurutnya, hingga kini masih banyak kalangan masyarakat yang minim edukasi soal pemanfaatan energi nuklir dan memandang bahan radioaktif sebagai sesuatu yang berbahaya sehingga menimbulkan kekhawatiran.
"Sekarang ini, PLTN memang salah satu energi baru yang selama ini masyarakat masih khawatir pemanfaatannya. Kami memperkirakan dengan keandalan teknologi saat ini, misal, Prancis, 80% energinya sudah dari nuklir, aman-aman saja," ujar Arifin saat ditemui di kantornya, dikutip Senin (6/11/2023).
Selain itu, Arifin mengatakan beberapa negara lain – seperti Amerika Serikat (AS), Rusia, hingga Korea Selatan (Korsel) – pun saat ini telah menggunakan teknologi reaktor modula kecil atau small modular reactors (SMR) terapung, yang diklaim lebih aman dan minim bahaya.
"Kita harus buat kebijakan lagi terkait dengan mekanisme pemanfaatan energi listrik dari nuklir ini," ujarnya seraya memastikan Pemerintah Indonesia pun kini telah mulai serius menggodok regulasi pemanfaatan energi nuklir.
Sebelumnya, Dewan Energi Nasional (DEN) memastikan Indonesia tetap maju jalan untuk memiliki PLTN perdananya pada 2032. Regulasi proyek tersebut sudah disiapkan dan kini hanya tinggal menanti lampu hijau dari Presiden Joko Widodo.
Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional Djoko Siswanto mengatakan hingga saat ini DEN bersama dengan lembaga eksekutif hingga legislatif terus memfinalisasi payung hukum pembangkit nuklir di dalam negeri.
Regulasi tersebut yakni rencana penerbitan Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang akan merevisi Peraturan Pemerintah (PP) No. 79/2014 yang akan mendorong pengembangan energi baru terbarukan (EBT).
Lalu, ada juga Rancang Undang-Undang Energi Baru dan Terbarukan (RUU EBET), yang kini sedang dibahas di parlemen.
Kedua rencana revisi regulasi tersebut diklaim akan mengakomodasi sumber energi yang berasal dari nuklir.
"Jadi semua energi itu setara, artinya kita berikan kesempatan yang sama untuk bisa dikembangkan," ujar Djoko saat ditemui di kantor Kementerian ESDM, Kamis (2/11/2023).
(ibn/wdh)