“Ditopang oleh beberapa faktor musiman seperti periode Ramadan-Idul Fitri dan rangkaian libur nasional, konsumsi rumah tangga yang tumbuh kuat berperan signifikan dalam ekspansi aktivitas ekonomi sepanjang triwulan kedua tahun ini,” tulis riset Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI).
Konsumsi rumah tangga adalah penyumbang terbesar dalam pembentukan PDB dari sisi pengeluaran, dengan kontribusi lebih dari 50%. Jadi kalau pos ini tumbuh tinggi, maka pertumbuhan PDB secara keseluruhan akan terdongkrak.
Menurut kajian BPS, mudik menyumbang 1,5 poin persentase terhadap PDB kuartal II-2023 secara yoy. Jadi tanpa mudik, bisa jadi pertumbuhan ekonomi kuartal II-2023 tidak sampai 4%.
Selain tidak adanya faktor pengungkit, secara umum konsumsi rumah tangga agak lesu pada kuartal Juli-September. Ini tergambar dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang pada kuartal tersebut rata-rata sebesar 123,47. Tidak setinggi kuartal lalu dengan rata-rata 127,17.
Bahkan pada September, IKK tercatat 121,7. Ini adalah yang terendah sejak Desember tahun lalu.
Meski begitu, IKK di atas 100 menandakan konsumen masih optimistis memandang situasi ekonomi saat ini hingga 6 bulan mendatang. Sehingga konsumsi rumah tangga kemungkinan besar masih akan tumbuh positif, meski tidak secepat kuartal II-2023.
Ekspor Makin Lesu
Namun, adalah ekspor yang rasanya sudah sulit menjadi faktor pendorong pertumbuhan ekonomi. BPS melaporkan, ekspor selalu mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) sepanjang kuartal III-2023 dengan rincian -18,39% yoy pada Juli, -21,21% yoy pada Agustus, dan -16,17% yoy pada September.
Nilai ekspor kumulatif pada kuartal III-2023 tercatat US$ 63,6 miliar. Anjlok 19,2% yoy.
Penurunan harga 2 komoditas ekspor utama Indonesia, batu bara dan minyak sawit mentah (CPO), menyebabkan kinerja ekspor kurang menggembirakan. Sepanjang kuartal III-2023, rata-rata harga batu bara di pasar ICE Newcastle adalah US$ 160,45/ton. Ambruk 56,14% yoy.
Sementara rerata harga CPO di Bursa Malaysia pada kuartal III-2023 adalah MYR 3.584,95/ton. Jatuh 40,45% yoy.
Neraca perdagangan Indonesia memang masih mencatat surplus hingga akhir kuartal II-2023. Bahkan surplus neraca dagang sudah bertahan selama 41 bulan tanpa putus.
“Meskipun surplus perdagangan terus berlanjut, jumlah surplus tersebut secara bertahap menurun. Surplus perdagangan yang lebih rendah pada Januari-September 2023 mendorong neraca transaksi berjalan kembali negatif.
Pada Triwulan-II 2023, neraca transaksi berjalan mengalami defisit sebesar US$ 1,9 miliar atau setara dengan 0,5% dari PDB, setelah pada triwulan sebelumnya mengalami surplus US$ 3 miliar atau 0,9% dari PDB,” papar riset LPEM FEB UI.
Pada kuartal II-2023, ekspor tumbuh -2,75% yoy. Dengan perkembangan yang ada, rasanya ekspor akan kembali mengalami kontraksi pada kuartal III-2023 dan bahkan bukan tidak mungkin akan jatuh lebih dalam.
(aji)