Para pejabat pemerintah Trump lah yang memulai serangan ke institut Konfusius, dikenal juga dengan nama Kong Fu-tze, ini.
GAO mengatakan alasan utama universitas AS menutup intitut ini adalah bahasa dalam rancangan undang-undang otorisasi pertahanan tahun 2019 dan 2021, yang menyebut universitas bisa kehilangan pendanaan dari pemerintah federal jika mempertahankan insitut itu.
"Ada pernyataan dalam aturan itu yang pada dasarnya mengatakan, 'institusi pendidikan tinggi, jika kalian mendapatkan dana dari pemerintah China untuk insitut Konfusius ini, ada risiko anda bisa kehilangan pendanaan pemerintah federal untuk proyek penelitian yang sedang berjalan di kampus anda,'" kata Kimberly Gianopoulos, direktur hubungan internasional dan perdagangan GAO.
Ketika ketegangan dengan China meningkat, anggota legislatif dari kedua partai pun mengincar Institut Konfusius dan menyebutnya sebagai alat dalam upaya Partai Komunis mendapatkan pengaruh - atau setidaknya mengharumkan citranya - di dunia.
Institut ini membuka kelas kebudayaan dan bahasa China yang dijalankan oleh universitas stempat dengan bantuan dari universitas China yang menjadi mitra mereka.
Direktur FBI Christopher Wray pada 2019 menyebutnya sebagai "sumber kekhawatiran" dan megnatakan badan pimpinannya itu memandang institut tersebut sebagai "bagian dari strategi dan pengaruh kekuatan halus China."
Lebih dari 60% adminstrator universitas mengatakan potensi kehilangan pendanaan pemerintah federal menjadi alasan utama penutupan institut itu. Gianopoulos mengatakan jumlah insitut ini kemungkinan hanya tingga "satu atau dua pada 2024."
"Semuanya akan tutup," tambahnya.
Seth Mouton Anggota DPR AS dari partai Demokrat negara bagian Massachusetts menyebut insitut itu sebagai tempat pemerintah China mengawasi dan mempengaruhi perilaku mahasiswa China di AS.
Dia mengatakan penutupan institut itu tidak berarti Partai Komunis China tidak akan mencoba lagi upaya mempengaruhi pendidikan tinggi AS merujuk pada laporan bahwa institut itu dibuka kembali dengan nama berbeda.
"Kita melihat Partai Komunis China meningkatkan upaya mencuri penelitian warga Amerika dan terus membungkam suara-suara yang berlawanan dengan kebijakan partai," kata Moulton.
"Apapun namanya nanti, universitas di AS perlu melakukan reformasu struktural agar Partai Komunis China tidak bisa menyusup, mempengaruhi, dan menghancurkan pendidikan tinggi Amerika."
(bbn)