Logo Bloomberg Technoz

Data riset Bloomberg Technoz menunjukkan emiten industri pengolahan kelapa yakni PT Indo Pureco Pratama Tbk (IPPE) menempati posisi pertama dengan total kerugian dalam satu tahun terakhir mencapai 86,50% di posisi Rp 54/saham.

Adapun tekanan yang mempengaruhi pergerakan saham IPPE adalah kabar dari Pemegang Saham Pengendali (PSP) PT Lembur Sadara Investama dan juga Asep Sulaeman Sabanda. Di mana anjloknya saham IPPE bersamaan dengan dropnya saham PT Bersama Zatta Jaya Tbk (ZATA) yang tersurat adanya aksi jual oleh Pemegang Saham Pengendali (PSP) yakni PT Lembur Sadaya Investama.

Buntut dari anjloknya kedua saham tersebut, BEI menerapkan pemberlakuan suspensi atau penghentian perdagangan sementara untuk saham IPPE dan ZATA. BEI juga mewanti-hati kepada para investor untuk dapat selalu mempertimbangkan secara matang keputusan investasinya berdasarkan informasi yang ada, dan juga dari keterbukaan informasi yang diterbitkan Perseroan.

Bergeser ke posisi kedua ditempati oleh PT Krida Jaringan Nusantara Tbk (KJEN) yang mencatatkan koreksi 85,45% secara tahunan. Posisinya kini di level Rp 111/saham. Menariknya, saham KJEN pernah menyentuh level Rp 735/saham, bahkan pada awal 2022 sempat bergerak di rentang harga Rp 1.000/saham.

Tekanan untuk saham KJEN adalah kinerja laporan keuangannya yang terus menderita kerugian. Pada semester I-2022 KJEN mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 460 juta. Sementara itu, kinerja pada pos kas dan setara kas terus menyusut dengan hanya tersisa Rp 71 juta, dari catatan tahun sebelumnya yang sejumlah Rp 331 juta.

Adapun beban-beban lainnya yang masih harus dibayar termasuk beban pengiriman dalam menjalankan operasional bisnisnya terjadi kenaikan yang signifikan mencapai 447% menjadi Rp 925 juta, sebelumnya beban ini hanya sebesar Rp 169 juta.

Sebagai informasi, KJEN bergerak pada sektor logistik dengan melayani pengiriman dokumen berbagai jenis industri seperti perbankan, asuransi, dan operator telekomunikasi.

(fad)

No more pages