Bloomberg Technoz, Jakarta - Kabar terbaru datang dari India soal batu bara. Negeri Bollywood meminta pembangkit listrik untuk beroperasi penuh pada musim panas mendatang.
Biasanya, musim panas membuat pemakaian listrik melonjak terutama untuk pendingin ruangan. Tahun lalu, lonjakan permintaan listrik di India tidak diikuti dengan pasokan yang memadai sehingga negara tersebut sempat mengalami pemadaman massal alias blackout.
Menurut aturan Kementerian Energi India yang dilihat oleh Bloomberg News, pembangkit yang beroperasi dengan batu bara diminta untuk berada dalam kapasitas optimal selama 3 bulan ke depan. Pemerintah memperkirakan permintaan daya dapat mencapai 229 gigawatt pada April 2023. Ini menjadi rekor tertinggi, melampaui musim panas tahun lalu yang 215 gigawatt.
Perkembangan ini membuat harga batu bara naik. Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 208,5/ton, naik 1,39% dari hari sebelumnya sekaligus memutus rantai pelemahan yang sebelumnya terjadi selama 3 hari beruntun.

Fitch Solutions memperkirakan harga rata-rata batu bara Newcastle tahun ini ada di US$ 280/ton. Lebih tinggi dibandingkan konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg dengan perkiraan US$ 174/ton.
India, menurut riset Fitch Solutions, akan menjadi negara konsumen batu bara terbesar dunia. “Kami perkirakan konsumsi tahunan di India akan naik 187 juta ton menjadi 1,2 miliar ton pada 2031,” sebut riset itu.
Bagi Indonesia, ini bisa menjadi kabar baik. Pasalnya, batu bara adalah salah satu produk andalan ekspor Tanah Air.
Badan Pusat Statistik (BPS) menggolongkan batu bara ke dalam kelompok HS 27 yaitu bahan bakar mineral. Sepanjang 2022, ekspor HS 27 (yang didominasi batu bara) tercatat US$ 54,98 miliar. Melonjak 67,46% dibandingkan 2021 dan punya peran 19,92% dari total ekspor non-migas, peringkat pertama.
India adalah negara tujuan utama ekspor batu bara Indonesia. Menurut catatan BPS, volume ekspor batu bara Indonesia ke India pada Januari-November 2022 adalah 105,14 miliar ton. Meroket 57,68% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara nilai ekspor batu bara Indonesia ke India pada 11 bulan pertama 2022 adalah US$ 10,14 miliar. Menanjak 169,48% dari posisi yang sama tahun sebelumnya.
Sementara mengutip data Bloomberg, total volume ekspor batu bara Indonesia ke India sepanjang 2023 hingga 17 Februari adalah 2,92 juta ton. Naik 135,48% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Dengan prospek peningkatan di India, maka Indonesia bisa semakin banyak mengekspor batu bara ke sana. Hasilnya, Indonesia akan menerima lebih banyak devisa yang bisa menjadi ‘amunisi’ untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
(aji)