Perry menegaskan bahwa kebijakan moneter BI akan terus diarahkan untuk menjaga stabilitas. Sementara kebijakan lain akan diarahkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
"Kebijakan moneter terus diarahkan untuk menjaga stabilitas, pro stability. Sementara empat kebijakan lain yaitu makroprudensial, sistem pembayaran, pengembangan pasar uang dan pasar valas, serta ekonomi keuangan inklusif dan hijau tetap diarahkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, pro growth," papar Perry.
Untuk mendukung stabilitas, lanjut Perry, BI memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) menjadi 6% bulan lalu. "Kenaikan ini untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukat rupiah sebagai langkah pre emptive untuk memitigasi dampaknya terhadap imported inflation," sambungnya.
Selain suku bunga acuan, tambah Perry, juga juga melanjutkan kebijakan intervensi di pasar, optimalisasi instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), dan rencana penerbitan Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI) untuk konvensional dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI) bulan ini.
Di kebijakan makroprudensial, BI akan mendorong peningkatan kredit perbankan secara berkelanjutan. Misalnya dengan melonggarkan Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) dari 6% menjadi 5% untuk bank umum dan 4,5% menjadi 3% untuk bank syariah.
(mfd/rui)