Bloomberg Technoz, Jakarta - Daya beli masyarakat, terutama golongan bawah, sedang bermasalah. Ini tercermin dari hasil kinerja keuangan emiten milik Anthoni Salim, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP).
Per kuartal III-2023, ICBP memang masih mencatat kenaikan pendapatan 9,7% secara kuartalan menjadi Rp16,8 triliun. Sedang selama sembilan bulan pertama tahun ini, akumulasi pendapatannya naik 3,1% secara tahunan menjadi Rp51,3 triliun.
Melihat pertumbuhan tahunan itu, manajemen ICBP, seperti dikutip dari riset Bahana Sekuritas, menurunkan target pertumbuhan pendapatan hingga akhir tahun ini menjadi hanya 5%. Padahal, target sebelumnya mencapai 10%-12%.
"Itu karena pertumbuhan volume penjualan domestik rendah, akibat daya beli yang lemah, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah," jelas Christine Natasya, analis Bahana Sekuritas, dikutip Jumat (3/11/2023).
Bukti lain adalah, hasil penjualan ICBP berdasarkan segmen geografis. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, penjualan ICBP khusus di kuartal tiga tahun ini memang meningkat.
Namun, itu merupakan pertumbuhan secara konsolidasi. Jika dirinci lebih lanjut, kenaikan didorong oleh penjualan ekspor yang naik 15,3% secara tahunan. Sedang penjualan domestik justru mengalami penurunan 1,4% secara tahunan.
"Kami juga mencatat bahwa bisnis dairy telah berkontribusi terhadap lemahnya penjualan di pasar domestik secara keseluruhan. Situasi serupa juga ditemukan di sub-segmen mie, yakni pengemasan dan bahan makanan," terang Christine.
Sejak awal tahun hingga akhir September tahun ini, laba bersih ICBP melesat 113% menjadi Rp7,06 triliun. Melihat kondisi yang terjadi, Christine memperkirakan laba bersih di akhir tahun hanya bertambah kurang dari Rp1 triliun, tepatnya menjadi sekitar Rp7,82 triliun.
Sementara, pendapatannya diperkirakan Rp68,04 triliun di akhir 2023. Perkiraan ini telah direvisi dari sebelumnya Rp73,3 triliun.
Sejauh ini, Christine masih mempertahankan rekomendasi buy dengan target harga Rp12.500/saham untuk 12 bulan ke depan.
Akan tetapi, ada tiga hal yang menjadi risiko saham ICBP. Pertama, pertumbuhan GDP yang di bawah ekspektasi.
Kedua, depresiasi kurs rupiah. Terakhir, harga bahan baku yang tinggi.
Putu Chantika Putri, analis Ciptadana Sekuritas memberikan pandangan serupa. Melemahnya permintaan domestik membayangi fundamental ICBP.
Meski begitu, margin masih berada di atas perkiraan perusahaan. Sehingga, Putu mempertahankan rekomendasi buy dengan target harga Rp14.100/saham, tanpa mengesampingkan faktor risiko serupa seperti Christine.
(dhf)