Saat ini, lanjutnya, beberapa perusahaan tengah menjajaki kajian dan peluang kerja sama dengan ThorCon untuk memetakan studi tapak proyek PLTN di Tanah Air.
Saat ini, progres kerja sama tersebut sudah mencapai proses pengajuan izin keselamatan ke Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten). Dia tidak mengelaborasi perusahaan apa yang melakukan kajian bersama ThorCon tersebut.
Sebelumnya, PT PLN (Persero) sempat mengumumkan kerja sama pembangunan PLTN dengan perusahaan Amerika Serikat (AS), NuScale Power OVS LLC, masih berlanjut dengan Kalimantan Barat sebagai lokasi pengembangannya.
Direktur Utama PLN Indonesia Power (PIP) Edwin Nugraha Putra mengatakan kelanjutan proyek pengembangan reaktor modular kecil atau small modular reactor (SMR) tersebut saat ini tengah dirumuskan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Nantinya, kata Edwin, pengembangan pembangkit ramah lingkungan bertenaga nuklir itu akan sepenuhnya menggunakan teknologi NuScale, perusahaan reaktor modular yang berbasis di Oregon, AS.
“[Lokasinya] masih di Kalimantan Barat, yang menjadi kajian BRIN itu yang dipakai lokasinya. Tidak ada lokasi baru yang dipakai,” ujarnya di Kompleks Parlemen Senayan, awal Juli.
Adapun, perjanjian kerja sama studi pengembangan reaktor modular kecil antara PIP dan NuScale berlangsung untuk 8—10 bulan. Hasil studi tersebut selanjutnya akan dievaluasi oleh Badan Perdagangan dan Pembangunan AS atau United States Trade and Development Agency (USTDA).
Terkait dengan kelanjutan kerja sama PIP dan NuScale, Djoko menyebut kedua pihak masih meneruskan persiapan kajian. PIP sendiri juga menggandeng ThorCon untuk kajian opersi PLTN di dalam negeri.
“Jadi nanti investasinya 100% dari ThorCon, terus nanti operasi dan pengoperasian PLTN-nya tentunya dari PLN Indonesia Power,” ujar Djoko.
(wdh)