Logo Bloomberg Technoz

Tekanan harga yang tidak akan membawa Indonesia ke fase krisis, jelas Wahyu, tecermin dari kinerja sejumlah perusahaan batu bara yang masih cukup bertaji. Bahkan, masih ada segelintir emiten sektor batu bara yang mencatatkan performa baik tahun berjalan.

“[Emiten] yang lumayan, misalnya, laba DOID [PT Delta Dunia Makmur Tbk] naik 5%, rekor pendapatan kuartalan US$506 juta [Rp8,05 triliun) selama kuartal III-2023, yang berkontribusi pada pertumbuhan pendapatan menjadi US$1,36 miliar [Rp21,64 triliun] atau naik 19% dalam 9 bulan secara year on year,” tuturnya.

Meski demikian, dia tidak menampik tidak sedikit pula perusahaan batu bara yang mencatatkan kinerja buruk. Mayoritas, kata Wahyu, merupakan korporasi yang tergabung dalam holding badan usaha milik negara (BUMN) PT Mining Industry Indonesia (MIND ID).

“Dari tiga emiten MIND ID, hanya satu yakni ANTM [PT Aneka Tambang Tbk] yang laba bersihnya masih bertumbuh, meskipun hanya single digit. Sementara itu, dua emiten lainnya yakti PTBA [PT Bukit Asam Tbk] dan TINS [PT Timah Tbk] harus rela kinerja keuangannya tergerus.”

Pada perdagangan Kamis (2/11/2023), harga batu bara di pasar ICE Newcastle ditutup di US$120/ton, naik sangat tipis 0,29% dari hari sebelumnya. Pada 27 Oktober hingga 1 November, harga batu bara turun tanpa putus. Selama 4 hari tersebut, harga jatuh 11,83%.

Sepanjang Oktober, harga batu bara rontok 24,36%. Ini adalah koreksi bulanan terdalam sejak Mei.

(wdh)

No more pages