Dengan demikian, Dewa mengatakan, wacana Pelita Air akan menjadi bagian dari Garuda Indonesia Group dan lisensi pesawatnya akan diambil alih Citilink, tidak dilanjutkan kembali karena seluruh maskapai tersebut akan berada di bawah naungan InJourney.
Menurutnya, ini terjadi setelah diskusi antara para pemangku kepentingan.
“Kemungkinan ya saya juga tidak bisa memastikan, kemungkinannya tidak jadi (merger)," tutur Dewa.
Sesuai dengan target dari Kementerian BUMN, penggabungan maskapai di bawah subholding aviasi ini ditargetkan rampung akhir tahun 2023 atau kuartal I tahun 2024.
Saat ini, Kementerian BUMN, maskapai dan InJourney tengah rutin menggelar rapat untuk mempercepat proses integrasi maskapai pelat merah. Hal ini juga dilakukan untuk membahas yang berkaitan dengan fundamental bisnis ketiga maskapai.
"Pertama adalah terkait dengan dokumentasi, berikutnya adalah pastinya terkait dengan kepemilikan, dan begitu juga terkait dengan ekuitas, jadi semua itu terkait dengan sifatnya fundamental sehingga nantinya begitu bergabung di dalam InJourney itu perusahaan sudah benar-benar siap," pungkas Dewa.
Dikonfirmasi secara terpisah, Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra tidak menjelaskan lebih lanjut perihal rencana pembentukan subholding aviasi tersebut. Namun, Irfan berharap prosesnya bisa rampung di akhir tahun ini.
"Masih dalam diskusi, jadi selama belum ada finalisasi kita masih terus menerus buka opsi. Saya belum bisa ngomong apa-apa karena ini masih dibicarakan, masih ada beberapa kemungkinan," ucap Irfan.
(dov/ain)