Pada perdagangan regional Asia, bursa saham diproyeksikan akan bergerak melemah, berdasarkan data sementara ini indeks Hang Seng Hong Kong terkoreksi 0,67%. Senada, indeks Straits Times Singapore turun 0,01%.
Mengutip dari Bloomberg News, para pelaku pasar kini memperkirakan Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan lebih agresif dari sebelumnya. Suku bunga acuan kemungkinan bisa naik ke sekitar 5,3% pada Juni 2023. Sebelumnya, pada tiga pekan lalu, pelaku pasar masih memperkirakan puncak Federal Funds rate ada di 4,9%. Trimegah Sekuritas Indonesia menyatakan, pelaku pasar mayoritas percaya bahwa tingkat bunga akan terus naik hingga 6%. The Fed minutes akan berlangsung Kamis.
Bursa saham Amerika Serikat (AS) mengalami koreksi, dengan indeks S&P 500 ditutup melemah 2%. Sementara Dow Jones Industrial Average (DJIA) dan Nasdaq 100 jatuh masing-masing 2,1% dan 2,4%.
Saham perusahaan Home Depot Inc. jadi salah satu pemberat, disusul oleh terkoreksinya saham Intel Corp. 5,61%, dan saham perusahaan 3M yang drop 3,31%.
Koreksi pasar saham AS dipicu oleh data terbaru Februari PMI manufaktur yang menguat ke posisi 47,8. Hal ini tidak sesuai konsensus, juga lebih tinggi dari bulan sebelumnya. Imbal hasil obligasi pemerintah 10 tahunan AS juga meningkat ke posisi 3,9%.
Para pelaku pasar juga mencermati lebih jauh dari perkembangan aksi geopolitik. Presiden Rusia, Vladimir Putin mengungkapkan negaranya akan keluar dari perjanjian nuklir START dengan AS. Keputusan ini dicap “tidak bertanggung jawab”. Sementara Presiden AS Joe Biden menyebut Putin tidak akan menang di perang Ukraina.
Perhatian pasar lain adalah tren harga batu bara yang terus naik hingga US$ 197/ton, atau telah meninggi 10%, juga potensi penurunan produksi minyak Rusia yang akan diumumkan dalam waktu dekat dan berlaku Maret 2023.
(fad/wep)