Namun, yang menjadi permasalahan utama adalah terdapat bandara baru, seperti Yogyakarta International Airport (YIA) yang berpotensi belum mendapatkan keuntungan atau balik modal. Sehingga pemerintah tentu perlu memperhatikan hal tersebut.
“Ya gak apa-apa (kalau beralih), tapi ada beberapa bandara kita yang dibangun, nanti modalnya belum kembali. Ada YIA, itu kan baru dibangun, kalau pindah ke kereta gimana? Itu jadi pemikiran. Tinggal dihitung aja plus minusnya apa,” ujarnya.
“Yang penting jangan pakai APBN, walau bentuk PMN jangan. Kereta Cepat Indonesia tuh melebarkan jurang ketimpangan pelayanan angkutan umum kita. Saya senang lihat WHOOSH, tapi jangan lihat hanya Jabodetabek aja yang makmur, luar Jawa juga butuh,” tutupnya.
Seperti diketahui, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut pemerintah tengah membuka kajian lanjutan proyek kereta cepat WHOOSH untuk tersambung hingga Surabaya, Jawa Timur.
WHOOSH yang saat ini memiliki perhentian akhir di Bandung, diproyeksikan bakal dilanjutkan ke kota pahlawan melalui Yogyakarta. Artinya, WHOSSH tidak beroperasi di pantai utara atau tepatnya melewati Kota Semarang.
“Kalau sudah sampai Bandung tanggung, kalau bisa dilanjutkan. Kemarin sudah dirapatkan di dalam PSN dengan Bapak Presiden, jadi kita coba ke depan untuk menyambung dari Bandung ke Jogja-Surabaya,” kata Airlangga usai menjajal WHOOSH, Rabu (11/10/2023).
(dov/ain)