Namun demikian, Tutuka mengatakan kondisi infrastruktur di Akimeugah 1 dan 2 kini masih kurang memadai untuk dilakukan eksplorasi dan eksploitasi. Pemerintah pun memasukkan Blok Warim ke dalam kategori WK berisiko tinggi atau high risk karena tantangan tersebut.
Saat ini, ungkap Tutuka, beberapa perusahaan pun telah menyatakan ketertarikannya untuk menggarap potensi migas di blok tersebut, meski tak mengelaborasi nama perusahaan yang akan terlibat dalam proyek pengembangan cekungan Warim.
"Bukan perusahaan kecil, pada saat waktunya saya sampaikan."
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif sebelumnya juga memberi sinyal bahwa terdapat investor asing yang juga sedang melakukan pendalaman studi potensi cadangan migas di cekungan Warim.
Akan tetapi, dia menolak membeberkan siapa perusahaan tambang asing yang tertarik menggarap Blok Warim tersebut. “Ada deh, [yang jelas] bule,” ujarnya saat ditemui di BNDCC Nusa Dua, Bali, Jumat (22/9/2023).
Blok Warim menjadi salah satu WK migas yang tengah menjadi sorotan akhir-akhir ini lantaran ditengarai menyimpan kekayaan migas di cekungan besar yang konon berbatasan dengan wilayah Papua Nugini.
Berdasarkan kajian Kementerian ESDM, potensi cadangan minyak di Blok Warim menembus 25,968 miliar barel.
Adapun, potensi cadangan gasnya menyentuh 47,37 triliun kaki kubik gas atau trillion cubic feet (TCF) alias empat kali lipat dari Blok Masela di Tanimbar, Maluku yang tidak lebih dari 10,73 TCF.
(ibn/wdh)